Latar belakang
Indonesia merupakan negara agraris. Sampai abad ke-21 pembangunan Indonesia masih berbasis pertanian. Namun pengalaman pembangunan pertanian yang dilakukan di negara-negara yang sedang berkembang menunjukkan bahwa para petani tidak dianggap sebagai sumber informasi yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan pertanian. Perencanaan pembangunan menganggap petani bukan sumber informasi yang perlu dimanfaatkan, karena dianggap tidak ilmiah. Dalam kondisi tersebut pastilah pembangunan pertanian tidak akan berkelanjutan.
Apabila negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, ingin memiliki suatu sistem pertanian yang berkelanjutan pada abad ke-21, maka sumber daya manusia seperti petani harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan mutu kualitas petani dibutuhkan ahli seperti penyuluh yang mampu memanfaatkan ilmu pertanian, teknologi canggih yang telah tersedia di dunia peneletian pertanian, dan tentunya mampu berkomunikasi dengan baik kepada para petani. Apalagi di daerah terpencil seperti daerah sekitar hutan gunung simpang cidaun cianjur selatan memang jauh dari sarana informasi bagi para petani, mereka hanya berdasarkan pengalaman dalam bertaninya dan belajar secara alami. Indonesia sebagai Negara agraris menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai petani dan tinggal di pedesaan. Sektor pertanian yang mampu menghadapi perubahan dan tantangan perlu didukung kualitas sumber daya manusianya, antara lain petani dan penyuluh pertanian. Dimana, dengan kondisi demikian maka diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu dengan adanya penyuluhan pertanian.
Wiriaatmadja (1977) mengartikan bahwa penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan (belajar-mengajar), yang dalam prakteknya mempergunakan cara-cara seperti peniruan, pembujukan dan propaganda. Cara perintah sedikit sekali dilakukan sementara paksaan malahan dihindarinya. Menurut Slamet dan Mardikanto (1993), tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan adalah terjadinya
perubahan perilaku sasarannya. Hal ini
merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung dengan indera manusia.
Petani memang penting ditingkatkan harkat,
martabat, dan mutu kehidupannya termasuk petani yang ada di daerah terpencil.
Petani memang perlu dibebaskan dari jeratan kemiskinan maupun belenggu
kemelaratan. Petani memang sudah waktunya dijadikan subjek, dan bukan hanya
objek pembangunan.
Petani yang ada di pelosok pada umumnya
masih menggunakan teknologi yang sederhana dan belum menggunakan teknologi yang
modern dalam dunia pertanian. Misalnya petani daerah terpencil yang ada di
pinggiran hutan gunung simpang masih melakukan teknik bertani dengan cara
tradisional, ini disebabkan karena akses transportasi yang menghubungkan jalan
antara kota dan desa terpencil ini belum memadai dan tidak terjangkau oleh
anggkutan roda empat. Sehingga apa yang diharapkan oleh para petani seperti
ingin memiliki pupuk urea dan obat-obatan saja untuk pertanian mereka itu
sangat sulit, sehingga para petani kesulitan untuk menerapkan teknik pertanian
yang modern.
Penyuluhan pertanian dalam Pemberdayaan
diharapkan mampu membawa perubahan. Dari suasana miskin ke kondisi sejahtera.
Dari keadaan sengsara kenyataan hidup yang makmur. Pemberdayaan pun diharapkan
mampu membawa bangsa ini khususnya petani ke taraf hidup yang lebih sejahtera.
Mengingat jumlah peran strategis dan perlu terus dikembangkan sesuai kebutuhan
petani di lapangan.
Petani yang sejahtera, betul-betul sebuah
kondisi yang kita impikan. Sebab, pada suasana sejahtera itulah sesungguhnya
persoalan kehidupan lahir batin petani akan terselesaikan. Petani tentu tidak
akan dijadikan korban kebijaksanaan. Petani tidak akan termajinalkan oleh
kepentingan kekuasaan. Petani juga tidak akan dijadikan alat politik.
Berdasarkan uraian tersebut hal yang perlu untuk ditelaah lebih lanjut yakni
mengenai peran penyuluhan dalam pembangunan pertanian dalam rangka meningkatkan
taraf hidup patani yang ada di pedesaan daerah terpencil.
Pertanian merupakan sektor yang sangat
penting dalam perekonomian. Pembangunan ekonomi di daerah masih berbasis
pertanian secara luas. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan sumber daya
manusia yang berkualitas dan handal dengan ciri mandiri, professional, berjiwa
global, sehingga petani dan pelaku usaha pertanian lain pun akan mampu
membangun usaha tani yang berdaya saing cukup tani.
Berangkat dari persoalan tersebut timbulah
pertanyaan model dan strategi pemberdayaan/penyuluhan yang seperti apa yang
cocok untuk diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan petani kita?
Metode penyuluhan pertanian dapat
diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku
utama dan pelaku usaha (kelayan) beserta keluarganya baik secara langsung
maupun tidak langsung agar mereka lebih mudah memahami dan dapat mempermudah
penerapan suatu inovasi. Dalam penggunaan metode penyuluhan dapat dibedakan
menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik komonikasi, jumlah sasaran dan
indera penerima dari sasaran (Soehardiyono, 2005). Metode dalam penyuluhan
pertanian meliputi metode pendekatan individu, metode pendekatan kelompok dan
metode pendekatan masal. Dasar pertimbangan pemilihan metode dan teknik antara
lain: karakteristik sasaran, karateristik penyuluh, keadaan daerah, tujuan dan
materi penyuluhan, sarana dan biaya, serta kebijakan pemerintah.
Pentingnya metode penyuluhan dalam
menunjang keberhasilan penyuluhan dan komunikasi pertanian menjadi hal yang
perlu untuk diketahui secara komprehensif melalui pengalaman secara langsung di
lapangan sebagai perbandingan empiris dari teori yang telah didapatkan di
bangku perkuliahan mengenai kegiatan penyuluhan dan komunikasi.
Sedangkan
teknik penyuluhan adalah cara
mempertemukan sasaran penyuluhan dengan materi penyuluhan. Teknik penyuluhan
dapat dilakukan dengan metode misal contohnya kampanye, siaran radio, televisi,
ceramah, pemutaran film, kursus tani, temu karya,dll. Adapun teknik penyuluhan
yang dilakukan dengan metode individual, misalnya: kunjungan rumah, kunjungan
lapangan, surat-menyurat, telepon, dan magang.
Lokasi yang digunakan sebagai sasaran
penyuluhan yaitu Desa Cibuluh yang terletak di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur.
Penentuan lokasi tersebut dengan pertimbangan masih aktifnya kelompok tani di
desa yang bersangkutan untuk memudahkan berlangsungnya proses penyuluhan.
Selain itu lahan pertanian di daerah ini khususnya padi sedang mengalami
kendala. Serangan hama wereng sangat meresahkan warga. Teknik penyuluhan yang
digunakan adalah kunjungan lapang, diskusi dengan petani kemudian mencari
informasi terkait serangan wereng tersebut dan saling bertukar informasi
mengenai cara pengendalian yang dilakukan petani dengan teori yang didapatkan
mahasiswa dari perkuliahan. Pemilihan metode menggunakan metode klasik semi
modern dengan diskusi secara kelompok, tujuannya untuk memperlancar preses
penyuluhan itu sendiri dimana waktu yang tersedia sangat singkat sehingga dapat
termanfaatkan secara efisien. Alasan lain dari pemilihan metode tersebut yaitu
keterbatasan biaya, tenaga praktikan, dan kondisi kelompok tani yang
bersangkutan.
Addison H. Mounder (1972) mengartikan
penyuluhan pertanian sebagai sistem pelayanan yang membantu masyarakat melalui
proses pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan metode berusaha tani untuk
meningkatkan produksi agar lebih berhasilguna dalam upaya meningkatkan
pendapatan. Terdapat tiga
metode-metode penyuluhan dari aspek jumlah sasaran dan indera sasaran yang
digunakan untuk menerima pesan komunikasi, yaitu pendekatan perseorangan,
pendekatan kelompok, dan pendekatan massa. Secara umum dapat diketahui bahwa
metode penyuluhan yang dianggap tepat untuk petani di daerah adalah pendekatan
pasrtisipatif. Pendekatan partipatif ini merupakan gabungan anatara ketiga
metode penyuluhan diatas, yaitu metode penyuluhan dengan pendekatan individu,
pendekatan kelompok, dan pendekatan media massa.
Adapun
strategi penyuluhan pertanian
partisipatif ditempuh melalui beberapa langkah yaitu membangun kemitraan
diantara seluruh stakeholder (petani, pemerintah swasta, LSM),
mengembangkan lembaga penyuluhan pertanian menjadi organisasi pembelajaran,
mengembangkan pendekatan kesisteman yang menyeluruh, membangun penyuluh pertanian
yang mengacu kepada kebutuhan petani, menjadikan petani sebagai aktor atau
pelaku pembangunan pertanian, dan menciptakan struktur penyuluhan pertanian
yang debirokratisasi.
Dari
pengertian lain penyuluhan merupakan suatu sistem aktivitas manusia (human activities system) berupa proses
pembelajaran secara nonformal dan kolaboratif (collaborative learning process) untuk petani dan keluarganya
sehingga mereka mengalami perubahan (progresif
change) pola pikir (cognitif),
pola sikap (afektif) dan pola tindak/kerja
(psikomotor), mereka menjadi tahu,
mau dan mampu meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya
(Subejo, 2010). Sedangkan menurut
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan: ” penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas,
efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Berdasarkan pengertian tersebut
penyuluhan memegang peran strategis terhadap peningkatan kesejahteraan dan
partisipasi pelaku utama dalam pembangunan daerah dan nasional (BPKP, 2006).
Penyuluhan pertanian secara subtansial
telah meningkatkan tingkat adopsi teknologi, tingkat kesadaran dan tingkat
produktifitas petani. Kontribusi penyuluhan tidak hanya untuk diseminasi
teknologi yang sophisticated, information
sharing untuk teknologi pedesaan tercakup didalamnya inovasi sederhana
untuk petani miskin dan illeterate telah memberikan dampak yang besar
serta meningkatkan produktifitas (World Bank, 2001).
Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan
petani dan keluarganya serta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan
pendidikan non formal di bidang pertanian agar m mampu menolong dirinya sendiri
baik di bidang ekonomi, soial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan
dan kesejahteraan mereka dapat dicapai (Departemen Pertanian, 2002).
Berdasarkan cara penyajian inovasi dalam
rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi (khususnya dalam pertemuan
kelompok), maka digunakan pendekatan gabungan berikut: (a) ceramah, diskusi dan
tanya jawab; (b) demonstrasi cara dan demonstrasi hasil; dan (c) penggunaan
alat bantu flipchart dan folder. Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif,
baik dalam mewujudkan komunikasi dua arah (two-way traffic communication)
maupun peningkatan pemahaman serta kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan.
Dengan demikian, para petani akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara
menerapkan inovasi dalam praktek usahatani mereka (Padmowihardjo, 2000).
Teknik Penyuluhan
Penyuluh harus pandai-pandai mengaplikasikan
teknik penyuluhan. Bagi penyuluh yang belum menguasai bagaimana
menyelenggarakan diskusi atau demonstrasi jangan sekali-kali hanya sekedar
mencoba, karena jika petani satu kali saja dibohongi untuk seterusnya sukar
untuk percaya lagi. Dalam metode kelompok, penyuluh dapat menggunakan papan
planel, papan tulis, papan magnit, peta singkap, peta penegang, foto-foto dan
gambar-gambar yang diperbesar (Anonim, 2009).
Strategi pembelajaran mengandung makna
untuk mengurangi sampai pada titik minimal penggunaan metode dan teknik
penyuluhan dengan sasaran yang “pasif”. Strategi pembelajaran lebih
mengembangkan penggunaan metode dan teknik yang mendorong sasaran untuk “aktif”
(Mardikanto, 2000).
Faktor lain yang memegang peranan dalam
pemilihan metode adalah masa kerja penyuluh di suatu tempat. Penyuluh yang
belum lama bekerja di suatu daerah perlu mengenal situasi dan kondisi daerah
kerjanya. Dalam taraf permulaan ini metode penyuluhan yang terbaik adaah
pendekatan perorangan. Apabila kemampuannya dalam pengenalan sasaran dan
keadaan sudah ia miliki, maka metode penyuluhan yang efektif dalam menjangkau
sasaran yang lebih besar adalah pendekatan kelompok atau massal (Anonimd,
2010).
Materi
Penyuluhan
Materi yang disajikan seyogyanya dapat
menjawab, mencairkan atau menyelesaikan apa yang dibutuhkan kelompok tani
sesuai kondisi, dan kesempatan saat itu. Tentunya dapat berupa materi yang bisa
langsung dipraktekkan dan mengemukakan kaitannya dengan teori yang mendasari
sesuai idealnya anjuran yang diharapkan, di mana kondisi di lapangan terjadi,
sebut saja pembudidayaan rumput laut yang menguntungkan, pemeliharaan ayam
buras semi intensif, teknis pemangkasan jambu mete, dan lain-lain, uraikan
sesuai tahapannya misalnya; rincian kebutuhan modal awal, teknik memilih bibit
yang baik, manajemen pemeliharaan, pasca panen, pemasaran dan sebagainya (Arif,
2007).
Materi penyuluhan harus berangkat dari
kebutuhan yang dirasakan (felt need), terutama menyangkut : kegiatan
yang sedang dan akan segera dilakukan, masalah yang sedang dan akan dihadapi,
perubahan-perubahan yang diperlukan atau diinginkan. Karena itu, meskipun
melalui kegiatan penyuluhan diharapkan terjadi penyampaian inovasi yang berupa
produk, ide, teknologi, kebijakan, dll. Inovasi yang disampaikan harus yang
terkait dengan kebutuhan-kebutuhan yang sedang dirasakan (Deptan, 2010).
Materi ajaran tidak harus bersumber dari
textbook, tetapi dapat dari media-massa seperti koran, tabloid, majalah,
laporan-laporan, radio, televisi, pertunjukan kesenian, perjalanan, dll termasuk
ceritera rakyat maupun pesan-pesan generasi-tua (para pendahulu), maupun
pengalaman kerja dan pengalaman sehari-hari. Selain itu, tidak harus baru (up
to date), tetapi dapat juga berupa cerita-cerita kuno atau praktek-praktek
lama yang sebenarnya sudah pernah dilakukan tetapi telah lama ditinggalkan.
Sumber materi ajar tidak harus berasal dari orang-orang pintar, tokoh
masyarakat, atau pejabat, melainkan dari siapa saja (Kartasapoetra, 1988).
Materi penyuluhan merupakan segala sesuatu
yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian. Dalam bahasa teknis penyuluhan,
materi penyuluhan seringkali disebut sebagai informasi pertanian (suatu
data/bahan yang diperlukan penyuluh, petani-nelayan, dan masyarakat tani).
Klasifikasi materi pokok penyuluhan pertanian dapat terbagi menjadi teknik
pertanian, ekonomi pertanian, manajemen usahatani, dinamika kelompok, politik
pertanian (Ibrahim, 2003).
Kelayakan materi penyuluhan jika dilihat
dari segi ekonomi harus menguntungkan, secara teknis dapat diterapkan, secara
sosial dapat dipertanggungjawabkan dan tidak merusak lingkungan, menciptakan better
living, better farming, better business, dan better environment.
Syarat materi penyuluhan antara lain memberikan keuntungan secara nyata bagi
sasaran, memiliki resiko kegagalan yang relatif kecil dan biaya rendah, dapat
diperoleh dengan mudah, tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang ada,
tidak mempunyai efek samping yang merugikan, mudah dilakukan/dipergunakan dan
segera memberikan hasil (Samsudin, 1987).
Keterlibatan aspek ethnografi dalam
penanganan penyuluhan pertanian terletak pada hubungan dengan perubahan individu perlu diajarkan dan belajar perlu dimulai
dengan sesuatu yang telah dikenal oleh manusia, maka menjadi tuntutan seorang
penyuluh harus mengetahui apa yang telah diketahui oleh pihak yang akan
mendapatkan penyuluhan dan bagaimana mereka berpikir. Dengan mengutamakan
pemikiran ini dan sikap yang menghargai pada saling menghargai dan menerima
keragaman budaya, penyuluh harus mampu untuk
menemukan rahasia budaya yang ada pada sasaran dan pada saat yang sama
harus mampu menerima keterbatasan budaya, sesuatu yang sifatnya tabu dan nilai
yang berkaitan dengan setiap tahapan dari program yang sedang dikembangkan,
sebelum dimulai sehingga setiap pendekatan yang dilakukan dapat diterima.
Sebuah kesimpulan berkaitan dengan budaya, dimana budaya itu unik dan sesuai dengan situasi yang berkembang
maka budaya pun akan ikut berubah pula. Kendati budaya dikembangkan maka ia
akan tetap unik, karenanya tidak mungkin untuk mendeskripsikan sedemikian tepat
apa yang terjadi, dan karenanya pula setiap perorangan atau kelompok yang
memiliki keterlibatan dan tanggung jawab untuk melakukan perencanaan,
melaksanakan atau melakukan penyesuaian dengan perubahan tertentu, harus pula
menyesuaikan dengan perubahan yang berkembang.
Keterlibatan aspek budaya atau kebiasaan
masyarakat dalam mengelola pertanian memang merupakan hal yang perlu
diperhatikan oleh seorang penyuluh pertanian, karena mereka masih menggunakan
kebiasaan jaman dulu atau menurut pengalaman, karena informasi yang didapat
dalam bertaninya adalah dari warisan leluhurnya dan jarang menggunakan
teknologi yang sudah modern dalam melakukan pertaniannya. Sehingga peran
penyuluh dalam melakukan terobosan baru untuk membangun gaya berfikir para
petani yang tadinya menggunakan teknologi sederhana menjadi menggunakan
teknologi modern yang hasilnya dapat memuaskan para petani.
Proses penyuluhan tidak bisa terlepas dari
budaya lokal setempat. Penyebarluasan
informasi pentingnya memelihara lingkungan, dan pentingnya menanam pohon serta
mengelola sampah dengan baik, disampaikan juga dengan menggunakan kesenian
daerah seperti kesenian CALUNG. Anggota masyarakat yang terhimpun dalam
jaringan masyarakat peduli lingkungan, menyusun sekenario penyuluhan lingkungan
yang akan dikembangkan melakui kesenian calung tersebut. Pertunjukan calung di
lakukan secara berkeliling ke desa-desa yang dianggap potensi untuk
pengembangan perbaikan lingkungan.
Penekanan aksebilitas
kelompok masyarakat pinggiran
hutan di atas, masih sulit untuk mengakes pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah. Masih banyak anak-anak para petani di pedalaman yang belum bisa
memperoleh pendidikan SD, SMP atau SMA. Hal tersebut dikarenakan akses
pendidikan yang jauh dan pendapatan orangtua masih kurang, hal tersebut karena
pada umumnya anak seorang petani yang ada di daerah terpencil masih beranggapan
dari pada si anak sekolah lebih baik membantu orang tua kesawah atau ke ladang
membantu orang tuannya. Untuk mengejar ketertinggalan mutu pendidikan di negara
kita, terutama pendidikan para petani yang merupakan bagian terbesar penduduk
Indonesia (80%), pemerintah akan lebih
baik jika memperluas pendidikan non formal
dengan memperbanyak dan memfungsikan para penyuluh lapangan sebagai
fasilitator, yang punya otoritas mengembangkan kemampuan komunitas masyarakat
tani. Kredit point di ukur dengan megukur tingkat perubahan langsung di
lapangan.
Jikapun ada tersentuh dengan sarana
pendidikan, kualitasnya masih sangat rendah. Desa cibuluh, yang berjarak 15 km
dari kota kecamatan cidaun, masyarakatnya hampir 70 % baru lulusan SD.
Pendidikan bagi kelompok masyarakat petani yang ada di pinggiran hutan , tidak
sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang mereka butuhkan. Anak petani lulusan SMA,
belum tentu bisa memecahkan masalah pertanian. Belum ada sistem pendidikan yang
bisa memecahkan masalah pertanian dan nelayan, yang mampu memberikan jalan
keluar dari himpitan ekonomi yang dihadapai mereka.
Jika melihat kondisi masyarakat yang jauh
dari akses transportasi maka tugas seorang penyuluh lapangan untuk membuat
terobosan yang mampu memberdayakan para petani untuk mampu berkembang dan mampu
memanfaatkan sumber daya yang ada disekitar mereka, penyuluh lapangan
diharapkan memiliki aksesibilitas yang tinggi, kualitas yang bagus, dan mampu
memanfaatkan kemampuan yang ada dan dapat bermanfaat bagi para petani.
Upaya menerapkan inovasi penyuluhan
pertanian merupakan tuntutan yang
sangat mendesak dewasa ini adalah perlu dilakukannya upaya persiapan sosial
kepada masyarakat penerima program pembangunan. Berdasarkan pengalaman selama
ini, banyak program pemerintah tidak dapat berhasil sesuai dengan rencana
karena masyarakat sering bersikap apatis terhadap setiap program pembangunan.
Sikap apatis masyarakat ini muncul karena masyarakat sendiri memang benar-benar
tidak mengetahui, tidak, mengerti tentang program pembangunan atau paket
teknologi yang diperkenalkan kepada mereka. Oleh karena itu, masyarakat harus
dipersiapkan secara sosial agar secara mental mereka mengerti, memahami dan
akhirnya mereka mau menerima program pembangunan.
Peranan Penyuluh
dalam Memotivasi Peserta Pelatihan yang Berada pada tingkat kebutuhan dasar
Kemampuan peserta didik sangat
menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Faktor yang mempengaruhi proses
belajar antara lain motivasi, sikap, minat, kebisaan belajar dan konsep diri.
Perasaan individu dan persepsi pribadi biasanya berhubungan dengan teori
kognitif tentang motivasi. Walau bagaimanapun, ketertarikan humanis pada
persepsi diri tidak terbatas dari tingkah laku di sekolah dan juga prestasinya.
Humanistik menekankan pentingnya pemahaman seorang murid tentang persepsi dunia
dalam rangka memenuhi potensi dasarnya.
Maslow
menyatakan bahwa seorang peserta pelatihan tidak akan termotivasi untuk belajar
di suatu kegiatan pelatihan kalau perutnya lapar kecuali kebutuhan dasar mereka
terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut, Apakah ini berarti penyuluh tidak dapat
memotivasi peserta pelatihan/petani yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
untuk belajar dengan baik padahal, penyuluh tidak mempunyai kewajiban dan
berada di posisi untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
Keller
(1983) mensintesa banyak teori motivasi untuk membentuk model aplikasi yang
terdiri dari empat hal utama: (1) minat, atau perluasan keingintahuan
pembelajar yang terbangun dan tersedia tiap waktu; (2) relevansi, keterkaitan
antara atau persepsi pembelajar mengenai instruksi belajar dengan kebutuhan
atau tujuan individu; (c) ekspektasi, atau perasaan pembelajaran dalam
memperoleh kesuksesan dalam menangani kontrol individu; dan (4) kepuasan, yang
terkait dengan motivasi intrinsik pembelajar dan respon untuk mendapat
penghargaan ekstrinsik.
Beberapa
ahli psikologi percaya bahwa semua tingkah laku manusia dimotivasi oleh
kebutuhan untuk menghindarkan dari ketidak senangan. Maslow (1962)
mengkonsepkan sebuah hierarki dari kebutuhan yang disusun menurut prioritas
1. kebutuhan
psikologi (tidur, haus)
2. kebutuhan
akan keamanan( kebebasan daru bahaya, kecemasan dan perawatan psikologi)
3. kebutuhan
akan kasih sayang (diperoleh dari orang tua, guru dan bangsawan)
4. kebutuhan
untuk dihargai (pengalaman yang berharga, kepercayaan didi dalam kemempuannya)
5. kebutuhan
untuk aktualisasi diri (ekspresi diri yang kreatif, berusaha untuk mencari keingintahuan)
Dalam
usaha mencapai keberhasilan dalam proses belajar yang ditunjukkan oleh
kemandirian petani, seorang penyuluh harus dapat memahami proses belajar yang
dialami oleh sasarannya, meliputi jenis belajar, cara belajar, prinsip-prinsip
belajar, ciri belajar dan faktor psikologis yang mempengaruhinya.
Penyuluhan juga memiliki tujuan yang harus dicapai sehingga sebagai pendidik/penasehat bagi petani dan keluarganya, pekerjaan penyuluh tidak terbatas pada mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan tetapi juga memotivasi, membimbing dan mendorong petani mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusahatani sehingga dapat hidup yang lebih baik dan sejahtera.
Penyuluhan juga memiliki tujuan yang harus dicapai sehingga sebagai pendidik/penasehat bagi petani dan keluarganya, pekerjaan penyuluh tidak terbatas pada mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan tetapi juga memotivasi, membimbing dan mendorong petani mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusahatani sehingga dapat hidup yang lebih baik dan sejahtera.
Terkait
dengan kegiatan motivasi tersebut maka seorang penyuluh harus memahami bahwa
pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan. Dan kebutuhan yang dimiliki
oleh setiap manusia tersebut akan berbeda-beda menurut tingkat kebutuhan
masing-masing. Seseorang yang kebutuhan fisiologis (dasarnya) belum terpenuhi
maka akan sulit untuk diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan yang diadakan
oleh penyuluh pertanian yang pada dasarnya merupakan kebutuhan yang lebih
tinggi. Oleh karena perlu adanya motivasi dari para penyuluh sehingga kegiatan
pelatihan yang dilaksanakan dapat diikuti oleh peserta pelatihan.
Berkaitan
dengan adanya tingkat kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap orang maka 5
Konsep penting Motivasi Belajar:
1. motivasi
belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan
perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang
berbeda, dengan intensitas yang berbeda.
2. motivasi
belajar bergantung pada suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu
ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari ketidakcocokan, suatu atribusi dari
keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
3. motivasi
belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan
pemberdayaan atribusi.
4. motivasi
belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa
ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan
harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera.
5. motivasi
belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran yang
memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk hidup yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang didapat. Karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas maka pada kondisi tertentu, kebutuhan yang berada pada hierarki lebih paling bawah tidak harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang akan mencoba untuk memiliki kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebagai contoh seorang yang lapar atau yang secara fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan untuk memenuhi kebutuhan terlebih dahulu karena yang terpenting adalah mempertahankan konsep diri positip (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik); namun begitu, orang yang tidak lagi lapar atau tidak lagi dicekam rasa takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting.
Penting diketahui bahwa setiap individu memiliki perbedaan dari segi genetik (bakat) dan lingkungan yang mempengaruhi performens manusia. Hal tersebut menyebabkan perbedaan baik dari segi ekonomi, status, jabatan dan lain lain yang bisa ditunjukkan dari kebutuhan setiap individu berbeda beda dan berada dalam berbagai tingkatan. Ini tentu jadi tantangan bagi penyuluh untuk memahami keberadaan motivasi peserta penyuluhan sehingga tidak ada kesalahan ketika memberikan sebuah motivasi seperti penghargaan. Sehingga penyuluh harus mampu mengetahui tingkat kebutuhan peserta/sasaran didik sehingga dapat dengan mudah menentukan strategi yang akan diterapkan dalam proses belajar yang diselenggarakan.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk hidup yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang didapat. Karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas maka pada kondisi tertentu, kebutuhan yang berada pada hierarki lebih paling bawah tidak harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang akan mencoba untuk memiliki kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebagai contoh seorang yang lapar atau yang secara fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan untuk memenuhi kebutuhan terlebih dahulu karena yang terpenting adalah mempertahankan konsep diri positip (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik); namun begitu, orang yang tidak lagi lapar atau tidak lagi dicekam rasa takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting.
Penting diketahui bahwa setiap individu memiliki perbedaan dari segi genetik (bakat) dan lingkungan yang mempengaruhi performens manusia. Hal tersebut menyebabkan perbedaan baik dari segi ekonomi, status, jabatan dan lain lain yang bisa ditunjukkan dari kebutuhan setiap individu berbeda beda dan berada dalam berbagai tingkatan. Ini tentu jadi tantangan bagi penyuluh untuk memahami keberadaan motivasi peserta penyuluhan sehingga tidak ada kesalahan ketika memberikan sebuah motivasi seperti penghargaan. Sehingga penyuluh harus mampu mengetahui tingkat kebutuhan peserta/sasaran didik sehingga dapat dengan mudah menentukan strategi yang akan diterapkan dalam proses belajar yang diselenggarakan.
Dalam
usaha mengembangkan swadaya dan kemandirian peserta didik, seorang penyuluh
harus memahami kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki peserta didik. Untuk
memahami hal tersebut, seorang penyuluh harus memiliki kemampuan untuk
menganalisa dan mengkaji secara mendalam apa yang menjadi minat dan kebutuhan
peserta didik, kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi oleh ketersediaan
sumberdaya alam serta prioritas dari minat dan kebutuhan tersebut.
Berdasarkan
hal tersebut, seorang penyuluh harus mampu memberikan motivasi belajar pada
peserta/sasaran didik berdasarkan tingkat kebutuhan mereka, memelihara rasa
ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi penyuluhan, menyatakan
harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera. Motivasi belajar dapat
meningkat pada diri peserta apabila penyuluh memberikan ganjaran yang memiliki
kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya. Karena pada dasarnya memotivasi
merupakan memberikan semangat kepada individu melalui pemberian ransangan,
memelihara rasa ingin tahu mereka dengan tujuan, mendorong, dan mengarahkan
perilaku untuk mencapai tujuan.
Pada
kasus peserta/sasaran didik yang berada pada tingkat belum dapat memenuhi bagi
kebutuhan fisiologisnya (rasa lapar), sulit bagi penyuluh untuk memotivasi
mereka untuk mau belajar dengan baik. Dalam hal ini, motivasi yang diberikan
penyuluh adalah menyadarkan mereka bahwa dengan usaha meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap mereka dalam berusaha lebih baik pada akhirnya dapat membuat
mereka mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.
Jejaring sosial
Bertani adalah profesi para petani, dalam
keadaan bagaimanapun petani akan tetap bertani (kecuali dia pindah profesi) dan
selalu berusaha dapat bertani dengan lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu yang
mereka perlukan adalah informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan
usahataninya. Apakah itu informasi baru tentang teknologi budidaya pertanian,
tentang sarana-sarana produksi, permintaan pasar, harga pasar, cuaca, serangan
dan ancaman hama dan penyakit, berbagai alternatif usahatani lain, dan lain
sebagainya.
Dengan mendapatkan informasi-informasi
yang relevan dengan usahataninya itu para petani akan meningkat kemampuan dan
kemungkinannya untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih
menguntungkan bagi dirinya sendiri dan tidak tergantung pada keputusan orang
atau fihak lain. Informasi adalah bahan mentah untuk menjadi pengetahuan, dan
pengetahuan itu sangat diperlukan untuk bisa mempertahankan hidupnya, apalagi
untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dunia petani tidak lagi sebatas desanya,
tetapi sudah meluas ke semua daerah di negaranya bahkan ke manca negara. Oleh
karena itu para petani juga semakin memerlukan informasi tentang dunianya yang
semakin luas itu. Kalau kebutuhannya akan berbagai macam informasi itu tidak
terpenuhi maka itu berarti para petani itu terkendala untuk maju. Penyuluhan
pertanian seyogyanya dapat berfungsi melayani kebutuhan informasi para petani
itu.
Materi-materi penyuluhan pertanian
disajikan kepada para petani tidak dengan pendekatan individual, tetapi melalui
pendekatan kelompok, kecuali untuk kasus-kasus tertentu yang memang memer-lukan
pendekatan individual. Pendekatan kelompok ini disarankan bukan hanya karena
pendekatan ini lebih efisien, tetapi karena pendekatan itu mempunyai
konsekuensi dibentuknya kelompok-kelompok tani, dan terjadinya interaksi antar
petani dalam wadah kelompok-kelompok itu.
Mengelimir kelompok yang tertinggal
Penyuluhan harus berupaya untuk memperkuat “Organisasi akar rumput” Organisasi akar rumput adalah
organisasi kelompok tani atau kelompok
masyarakat yang tinggal di suatu tempat. Jika kelompok akar rumput ini kuat,
maka akan lebih pempermudah proses pendidikan atau penyuluhan karena organisasi
tersebut, akar berperan untuk melanjutkan proses transformasi (perubahan)
secara berkelanjutan. Walaupun para penyuluh sudah pindah ke daerah lain,
proses tranformasi akan berjalan terus yang dimotori oleh kelompok akar rumput
tersebut. Kedua jaringan tersebut sudah mencoba untuk membuat unit usaha
sendiri (penyediaan bibit tanaman, penjualan hasil prosuduksi pertnian langsung
ke konsumen). Diharapkan organisasi tersebut menjadi organisasi masyarakat yang
mandiriri dan mampu mendanai sendiri proses penyuluhan di daerahnya.
Jaminan Pendidikan
Berkelanjutan
Mengingat bahwa penyuluhan merupakan
kegiatan pendidikan non formal dan bahwa pendidikan merupakan proses yang
diharapkan membawa kepada perubahan perilaku yang diinginkan, karenanya
diperlukan beragam cara untuk menciptakan situasi belajar yang baik. Cara-cara
menciptakan situasi belajar tersebut secara populer disebut dengan metode
penyuluhan. Metode-metode penyuluhan ini merupakan pendekatan dasar untuk
melakukan pendekatan, mendorong dan mempengaruhi anggota masyarakat petani
untuk belajar (Leagans 1960; Dahama dan Bhatnagar 1980)
Penyuluhan pertanian adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya untuk meningkatkan produktifitas,
efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya. Sebagai kegiatan pendidikan,
penyuluhan pertanian mengupayakan membantu menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif bagi pelaku utama dan keluarganya.
Seorang
penyuluh juga harus mampu dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat tani.
Memberikan proses belajar yang terus menerus agar menumbuhkan kesadara.
Penyuluh juga memberikan informasi, dan memberikan pelatihan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Funfsi lain adalah untuk mengembangkan masyarakat,
penyuluhan berperan sebagai utusan atau wakil yang berkaitan dengan interaksi
pekerja pengembangan masyarakat melalui penggunaan media, hubungan masyarakat,
jaringan antara pekerja pengembangan masyarakat dan pekerja yang relevan, dan
berbagi pengalaman dan pengetahuan baik secara formal maupun informal antara
pekerja pengembangan masyarakat dan antara masyarakat.
Fungsi
penyuluhan lainnya adalah menjembatani kesenjangan antara praktek yang biasa
dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu
berkembang menjadi kebutuhan para petani tersebut. Fungsi penyuluhan dapat
dianggap sebagai penyampai dan penyesuaian program nasional dan regional agar
dapat diikuti dan dilaksanakan oleh petani, sehingga program-program masyarakat
petani yang disusun dengan itikad baik akan berhasil dan mendapat partisipasi
masyarakat
Fungsi
penyuluhan yang terakhir adalah fungsi pemberian pendidikan dan bimbingan yang
berkelanjutan, yang artinya penyuluhan tidak akan berhenti begitu saja ketika
mengetahui bahwa petani di tempat mereka berikan pendidikan, ternyata telah
dapat melakukan perubahan. Namun, penyuluh tetap membantu mereka ke arah yang
lebih baik lagi.
Kesimpulan
Penyuluhan sangat berperan penting dalam kehidupan
pertanian di Indonesia. Dengan adanya penyuluhan masyarakat tani mengetahui
segala bentuk teknologi ataupun informasi terbaru untuk meningkatkan produksi
uasahatani mereka. Melalui berbagai macam model penyuluhan, ternyata model
penyuluhan partisipatiflah yang dilihat tepat untuk kondisi Indonesia saat ini.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik,
sudah selayaknya kita menyadari bahwa pertanian adalah dasar dari pembangunan
pertanian kita. Terdapat beberapa pokok yang harus diperhatikan dalam paradigma
baru pembangunan pertanian negara yang sedang berkembang. Pertama kita dapat
menciptakan kebijaksanaan pertanian yang menjamin agar para petani memperoleh
hak mereka. Kedua dapat menjamin adanya suatu sistem ketahanan pangan bagi negara-negara
yang sedang berkembang. Ketiga dapat melindungi dan memanfaatkan kekayaan alam
yang berupa plasma nutfah yang dimiliki oleh negara-negara yang sedang
berkembang. Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyuluhan pertanian berperan sebagai
ujung tombak menuju pertanian tangguh.
Daftar Pustaka
Djudju Sudjana, (1983 ). Pendidikan Non
Formal, Wawasan, Sejarah, Asas. Bandung:
palah
Entang
Sastraatmadja, 1993. Penyuluhan Pertanian Falsafah dan Strategi. Bandung:
Penerbit Alumni.
Kartasapoetra. A. G. 1988. Teknologi
Penyuluhan Pertanian. Jakarta: BUMI AKSARA .
Krisnandhi S. 1968. Menggerakkan dan Membangun
Pertanian. Jakarta: Jajasan Dana Buku Indonesia .
Mugniesyah, Siti Sugiah. 2006. Materi Bahan
Ajar Ilmu Penyuluhan (Diktat Kuliah). Bogor: Departemen Komunikasi
Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
Padmanagara, Salmon. Penyuluhan Pertanian
Sebagai Ujung Tombak Menuju Pertanian Tangguh. Lembang: Departemen
Pertanian Balai Informasi Pertanian.
Sastraatmadja, Entang. 2006. Petani di Tanah
Merdeka. Bogor: Petani Centre HA IPB.
Setiana, Lucie. 2005. Penyuluhan dan
Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia.
Soetrisno, Loekman. 2002. Paradigma Baru
Pembangunan Pertanian. Yogyakarta: KANISIUS.
Suriatna, Sumardi. 1988. Metode Penyuluhan
Pertanian. Jakarta: PT MEDIYATAMA SARANA PERKASA.
Taopan. 2005. Hubungan Kelembagaan Penyuluhan
Dengan Peran Penyuluhan Dengan Peran Penyuluh Selaku Pekerja Pengembangan
Masyarakat (Skrispsi). Bogor: Departemen Komunikasi Pengembangan
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.
0 komentar
Posting Komentar