Jumat, 28 Februari 2020

KONSEP TERPADU PENYULUHAN PERTANIAN



Latar belakang

Indonesia merupakan negara agraris. Sampai abad ke-21 pembangunan Indonesia masih berbasis pertanian. Namun pengalaman pembangunan pertanian yang dilakukan di negara-negara yang sedang berkembang menunjukkan bahwa para petani tidak dianggap sebagai sumber informasi yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan pertanian. Perencanaan pembangunan menganggap petani bukan sumber informasi yang perlu dimanfaatkan, karena dianggap tidak ilmiah. Dalam kondisi tersebut pastilah pembangunan pertanian tidak akan berkelanjutan.

Apabila negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, ingin memiliki suatu sistem pertanian yang berkelanjutan pada abad ke-21, maka sumber daya manusia seperti petani harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan mutu kualitas petani dibutuhkan ahli seperti penyuluh yang mampu memanfaatkan ilmu pertanian, teknologi canggih yang telah tersedia di dunia peneletian pertanian, dan tentunya mampu berkomunikasi dengan baik kepada para petani. Apalagi di daerah terpencil seperti daerah sekitar hutan gunung simpang cidaun cianjur selatan memang jauh dari sarana informasi bagi para petani, mereka hanya berdasarkan pengalaman dalam bertaninya dan belajar secara alami. Indonesia sebagai Negara agraris menempatkan pertanian sebagai sektor sentral yang didukung oleh tersebarnya sebagian besar penduduk Indonesia yang hidup sebagai petani dan tinggal di pedesaan. Sektor pertanian yang mampu menghadapi perubahan dan tantangan perlu didukung kualitas sumber daya manusianya, antara lain petani dan penyuluh pertanian. Dimana, dengan kondisi demikian maka diperlukan suatu upaya untuk membantu kelancaran pembangunan pertanian yaitu dengan adanya penyuluhan pertanian.

Wiriaatmadja (1977) mengartikan bahwa penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan (belajar-mengajar), yang dalam prakteknya mempergunakan cara-cara seperti peniruan, pembujukan dan propaganda. Cara perintah sedikit sekali dilakukan sementara paksaan malahan dihindarinya. Menurut Slamet dan Mardikanto (1993), tujuan yang sebenarnya dari penyuluhan adalah terjadinya 

perubahan perilaku sasarannya. Hal ini merupakan perwujudan dari: pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung dengan indera manusia.
Petani memang penting ditingkatkan harkat, martabat, dan mutu kehidupannya termasuk petani yang ada di daerah terpencil. Petani memang perlu dibebaskan dari jeratan kemiskinan maupun belenggu kemelaratan. Petani memang sudah waktunya dijadikan subjek, dan bukan hanya objek pembangunan.
Petani yang ada di pelosok pada umumnya masih menggunakan teknologi yang sederhana dan belum menggunakan teknologi yang modern dalam dunia pertanian. Misalnya petani daerah terpencil yang ada di pinggiran hutan gunung simpang masih melakukan teknik bertani dengan cara tradisional, ini disebabkan karena akses transportasi yang menghubungkan jalan antara kota dan desa terpencil ini belum memadai dan tidak terjangkau oleh anggkutan roda empat. Sehingga apa yang diharapkan oleh para petani seperti ingin memiliki pupuk urea dan obat-obatan saja untuk pertanian mereka itu sangat sulit, sehingga para petani kesulitan untuk menerapkan teknik pertanian yang modern.
Penyuluhan pertanian dalam Pemberdayaan diharapkan mampu membawa perubahan. Dari suasana miskin ke kondisi sejahtera. Dari keadaan sengsara kenyataan hidup yang makmur. Pemberdayaan pun diharapkan mampu membawa bangsa ini khususnya petani ke taraf hidup yang lebih sejahtera. Mengingat jumlah peran strategis dan perlu terus dikembangkan sesuai kebutuhan petani di lapangan.
Petani yang sejahtera, betul-betul sebuah kondisi yang kita impikan. Sebab, pada suasana sejahtera itulah sesungguhnya persoalan kehidupan lahir batin petani akan terselesaikan. Petani tentu tidak akan dijadikan korban kebijaksanaan. Petani tidak akan termajinalkan oleh kepentingan kekuasaan. Petani juga tidak akan dijadikan alat politik. Berdasarkan uraian tersebut hal yang perlu untuk ditelaah lebih lanjut yakni mengenai peran penyuluhan dalam pembangunan pertanian dalam rangka meningkatkan taraf hidup patani yang ada di pedesaan daerah terpencil.
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian. Pembangunan ekonomi di daerah masih berbasis pertanian secara luas. Untuk mewujudkan harapan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan handal dengan ciri mandiri, professional, berjiwa global, sehingga petani dan pelaku usaha pertanian lain pun akan mampu membangun usaha tani yang berdaya saing cukup tani.
Berangkat dari persoalan tersebut timbulah pertanyaan model dan strategi pemberdayaan/penyuluhan yang seperti apa yang cocok untuk diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan petani kita?
Metode penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai cara atau teknik penyampaian materi penyuluhan kepada pelaku utama dan pelaku usaha (kelayan) beserta keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka lebih mudah memahami dan dapat mempermudah penerapan suatu inovasi. Dalam penggunaan metode penyuluhan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan: teknik komonikasi, jumlah sasaran dan indera penerima dari sasaran (Soehardiyono, 2005). Metode dalam penyuluhan pertanian meliputi metode pendekatan individu, metode pendekatan kelompok dan metode pendekatan masal. Dasar pertimbangan pemilihan metode dan teknik antara lain: karakteristik sasaran, karateristik penyuluh, keadaan daerah, tujuan dan materi penyuluhan, sarana dan biaya, serta kebijakan pemerintah.
Pentingnya metode penyuluhan dalam menunjang keberhasilan penyuluhan dan komunikasi pertanian menjadi hal yang perlu untuk diketahui secara komprehensif melalui pengalaman secara langsung di lapangan sebagai perbandingan empiris dari teori yang telah didapatkan di bangku perkuliahan mengenai kegiatan penyuluhan dan komunikasi.
Sedangkan teknik penyuluhan adalah cara mempertemukan sasaran penyuluhan dengan materi penyuluhan. Teknik penyuluhan dapat dilakukan dengan metode misal contohnya kampanye, siaran radio, televisi, ceramah, pemutaran film, kursus tani, temu karya,dll. Adapun teknik penyuluhan yang dilakukan dengan metode individual, misalnya: kunjungan rumah, kunjungan lapangan, surat-menyurat, telepon, dan magang.
Lokasi yang digunakan sebagai sasaran penyuluhan yaitu Desa Cibuluh yang terletak di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi tersebut dengan pertimbangan masih aktifnya kelompok tani di desa yang bersangkutan untuk memudahkan berlangsungnya proses penyuluhan. Selain itu lahan pertanian di daerah ini khususnya padi sedang mengalami kendala. Serangan hama wereng sangat meresahkan warga. Teknik penyuluhan yang digunakan adalah kunjungan lapang, diskusi dengan petani kemudian mencari informasi terkait serangan wereng tersebut dan saling bertukar informasi mengenai cara pengendalian yang dilakukan petani dengan teori yang didapatkan mahasiswa dari perkuliahan. Pemilihan metode menggunakan metode klasik semi modern dengan diskusi secara kelompok, tujuannya untuk memperlancar preses penyuluhan itu sendiri dimana waktu yang tersedia sangat singkat sehingga dapat termanfaatkan secara efisien. Alasan lain dari pemilihan metode tersebut yaitu keterbatasan biaya, tenaga praktikan, dan kondisi kelompok tani yang bersangkutan.
Addison H. Mounder (1972) mengartikan penyuluhan pertanian sebagai sistem pelayanan yang membantu masyarakat melalui proses pendidikan dalam pelaksanaan teknik dan metode berusaha tani untuk meningkatkan produksi agar lebih berhasilguna dalam upaya meningkatkan pendapatan. Terdapat tiga metode-metode penyuluhan dari aspek jumlah sasaran dan indera sasaran yang digunakan untuk menerima pesan komunikasi, yaitu pendekatan perseorangan, pendekatan kelompok, dan pendekatan massa. Secara umum dapat diketahui bahwa metode penyuluhan yang dianggap tepat untuk petani di daerah adalah pendekatan pasrtisipatif. Pendekatan partipatif ini merupakan gabungan anatara ketiga metode penyuluhan diatas, yaitu metode penyuluhan dengan pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan media massa.
Adapun strategi penyuluhan pertanian partisipatif ditempuh melalui beberapa langkah yaitu membangun kemitraan diantara seluruh stakeholder (petani, pemerintah swasta, LSM), mengembangkan lembaga penyuluhan pertanian menjadi organisasi pembelajaran, mengembangkan pendekatan kesisteman yang menyeluruh, membangun penyuluh pertanian yang mengacu kepada kebutuhan petani, menjadikan petani sebagai aktor atau pelaku pembangunan pertanian, dan menciptakan struktur penyuluhan pertanian yang debirokratisasi.
Dari pengertian lain penyuluhan merupakan suatu sistem aktivitas manusia (human activities system) berupa proses pembelajaran secara nonformal dan kolaboratif (collaborative learning process) untuk petani dan keluarganya sehingga mereka mengalami perubahan (progresif change) pola pikir (cognitif), pola sikap (afektif) dan pola tindak/kerja (psikomotor), mereka menjadi tahu, mau dan mampu meningkatkan taraf hidup keluarga dan masyarakat sekitarnya (Subejo, 2010).  Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan: ” penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Berdasarkan pengertian tersebut penyuluhan memegang peran strategis terhadap peningkatan kesejahteraan dan partisipasi pelaku utama dalam pembangunan daerah dan nasional (BPKP, 2006).
Penyuluhan pertanian secara subtansial telah meningkatkan tingkat adopsi teknologi, tingkat kesadaran dan tingkat produktifitas petani. Kontribusi penyuluhan tidak hanya untuk diseminasi teknologi yang sophisticated, information sharing untuk teknologi pedesaan tercakup didalamnya inovasi sederhana untuk petani miskin dan illeterate telah memberikan dampak yang besar serta meningkatkan produktifitas (World Bank, 2001).
Penyuluhan Pertanian adalah pemberdayaan petani dan keluarganya serta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar m mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, soial maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai (Departemen Pertanian, 2002).
Berdasarkan cara penyajian inovasi dalam rangka lebih menjamin efektivitas hasil komunikasi (khususnya dalam pertemuan kelompok), maka digunakan pendekatan gabungan berikut: (a) ceramah, diskusi dan tanya jawab; (b) demonstrasi cara dan demonstrasi hasil; dan (c) penggunaan alat bantu flipchart dan folder. Penggunaan metode gabungan ini cukup efektif, baik dalam mewujudkan komunikasi dua arah (two-way traffic communication) maupun peningkatan pemahaman serta kemampuan menerapkan inovasi yang diberikan. Dengan demikian, para petani akan lebih memahami dan mengerti tentang cara-cara menerapkan inovasi dalam praktek usahatani mereka (Padmowihardjo, 2000).
Teknik Penyuluhan
Penyuluh harus pandai-pandai mengaplikasikan teknik penyuluhan. Bagi penyuluh yang belum menguasai bagaimana menyelenggarakan diskusi atau demonstrasi jangan sekali-kali hanya sekedar mencoba, karena jika petani satu kali saja dibohongi untuk seterusnya sukar untuk percaya lagi. Dalam metode kelompok, penyuluh dapat menggunakan papan planel, papan tulis, papan magnit, peta singkap, peta penegang, foto-foto dan gambar-gambar yang diperbesar (Anonim, 2009).
Strategi pembelajaran mengandung makna untuk mengurangi sampai pada titik minimal penggunaan metode dan teknik penyuluhan dengan sasaran yang “pasif”. Strategi pembelajaran lebih mengembangkan penggunaan metode dan teknik yang mendorong sasaran untuk “aktif” (Mardikanto, 2000).
Faktor lain yang memegang peranan dalam pemilihan metode adalah masa kerja penyuluh di suatu tempat. Penyuluh yang belum lama bekerja di suatu daerah perlu mengenal situasi dan kondisi daerah kerjanya. Dalam taraf permulaan ini metode penyuluhan yang terbaik adaah pendekatan perorangan. Apabila kemampuannya dalam pengenalan sasaran dan keadaan sudah ia miliki, maka metode penyuluhan yang efektif dalam menjangkau sasaran yang lebih besar adalah pendekatan kelompok atau massal (Anonimd, 2010).
Materi Penyuluhan
Materi yang disajikan seyogyanya dapat menjawab, mencairkan atau menyelesaikan apa yang dibutuhkan kelompok tani sesuai kondisi, dan kesempatan saat itu. Tentunya dapat berupa materi yang bisa langsung dipraktekkan dan mengemukakan kaitannya dengan teori yang mendasari sesuai idealnya anjuran yang diharapkan, di mana kondisi di lapangan terjadi, sebut saja pembudidayaan rumput laut yang menguntungkan, pemeliharaan ayam buras semi intensif, teknis pemangkasan jambu mete, dan lain-lain, uraikan sesuai tahapannya misalnya; rincian kebutuhan modal awal, teknik memilih bibit yang baik, manajemen pemeliharaan, pasca panen, pemasaran dan sebagainya (Arif, 2007).
Materi penyuluhan harus berangkat dari kebutuhan yang dirasakan (felt need), terutama menyangkut : kegiatan yang sedang dan akan segera dilakukan, masalah yang sedang dan akan dihadapi, perubahan-perubahan yang diperlukan atau diinginkan. Karena itu, meskipun melalui kegiatan penyuluhan diharapkan terjadi penyampaian inovasi yang berupa produk, ide, teknologi, kebijakan, dll. Inovasi yang disampaikan harus yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan yang sedang dirasakan (Deptan, 2010).
Materi ajaran tidak harus bersumber dari textbook, tetapi dapat dari media-massa seperti koran, tabloid, majalah, laporan-laporan, radio, televisi, pertunjukan kesenian, perjalanan, dll termasuk ceritera rakyat maupun pesan-pesan generasi-tua (para pendahulu), maupun pengalaman kerja dan pengalaman sehari-hari. Selain itu, tidak harus baru (up to date), tetapi dapat juga berupa cerita-cerita kuno atau praktek-praktek lama yang sebenarnya sudah pernah dilakukan tetapi telah lama ditinggalkan. Sumber materi ajar tidak harus berasal dari orang-orang pintar, tokoh masyarakat, atau pejabat, melainkan dari siapa saja (Kartasapoetra, 1988).
Materi penyuluhan merupakan segala sesuatu yang disampaikan dalam penyuluhan pertanian. Dalam bahasa teknis penyuluhan, materi penyuluhan seringkali disebut sebagai informasi pertanian (suatu data/bahan yang diperlukan penyuluh, petani-nelayan, dan masyarakat tani). Klasifikasi materi pokok penyuluhan pertanian dapat terbagi menjadi teknik pertanian, ekonomi pertanian, manajemen usahatani, dinamika kelompok, politik pertanian (Ibrahim, 2003).
Kelayakan materi penyuluhan jika dilihat dari segi ekonomi harus menguntungkan, secara teknis dapat diterapkan, secara sosial dapat dipertanggungjawabkan dan tidak merusak lingkungan, menciptakan better living, better farming, better business, dan better environment. Syarat materi penyuluhan antara lain memberikan keuntungan secara nyata bagi sasaran, memiliki resiko kegagalan yang relatif kecil dan biaya rendah, dapat diperoleh dengan mudah, tidak bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, tidak mempunyai efek samping yang merugikan, mudah dilakukan/dipergunakan dan segera memberikan hasil (Samsudin, 1987).
Keterlibatan aspek ethnografi dalam penanganan penyuluhan pertanian terletak pada hubungan dengan perubahan individu perlu diajarkan dan belajar perlu dimulai dengan sesuatu yang telah dikenal oleh manusia, maka menjadi tuntutan seorang penyuluh harus mengetahui apa yang telah diketahui oleh pihak yang akan mendapatkan penyuluhan dan bagaimana mereka berpikir. Dengan mengutamakan pemikiran ini dan sikap yang menghargai pada saling menghargai dan menerima keragaman budaya, penyuluh harus mampu untuk  menemukan rahasia budaya yang ada pada sasaran dan pada saat yang sama harus mampu menerima keterbatasan budaya, sesuatu yang sifatnya tabu dan nilai yang berkaitan dengan setiap tahapan dari program yang sedang dikembangkan, sebelum dimulai sehingga setiap pendekatan yang dilakukan dapat diterima. Sebuah kesimpulan berkaitan dengan budaya, dimana budaya itu unik  dan sesuai dengan situasi yang berkembang maka budaya pun akan ikut berubah pula. Kendati budaya dikembangkan maka ia akan tetap unik, karenanya tidak mungkin untuk mendeskripsikan sedemikian tepat apa yang terjadi, dan karenanya pula setiap perorangan atau kelompok yang memiliki keterlibatan dan tanggung jawab untuk melakukan perencanaan, melaksanakan atau melakukan penyesuaian dengan perubahan tertentu, harus pula menyesuaikan dengan perubahan yang berkembang.
Keterlibatan aspek budaya atau kebiasaan masyarakat dalam mengelola pertanian memang merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang penyuluh pertanian, karena mereka masih menggunakan kebiasaan jaman dulu atau menurut pengalaman, karena informasi yang didapat dalam bertaninya adalah dari warisan leluhurnya dan jarang menggunakan teknologi yang sudah modern dalam melakukan pertaniannya. Sehingga peran penyuluh dalam melakukan terobosan baru untuk membangun gaya berfikir para petani yang tadinya menggunakan teknologi sederhana menjadi menggunakan teknologi modern yang hasilnya dapat memuaskan para petani.
Proses penyuluhan tidak bisa terlepas dari budaya lokal setempat.  Penyebarluasan informasi pentingnya memelihara lingkungan, dan pentingnya menanam pohon serta mengelola sampah dengan baik, disampaikan juga dengan menggunakan kesenian daerah seperti kesenian CALUNG. Anggota masyarakat yang terhimpun dalam jaringan masyarakat peduli lingkungan, menyusun sekenario penyuluhan lingkungan yang akan dikembangkan melakui kesenian calung tersebut. Pertunjukan calung di lakukan secara berkeliling ke desa-desa yang dianggap potensi untuk pengembangan perbaikan lingkungan.
Penekanan aksebilitas kelompok masyarakat pinggiran hutan di atas, masih sulit untuk mengakes pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Masih banyak anak-anak para petani di pedalaman yang belum bisa memperoleh pendidikan SD, SMP atau SMA. Hal tersebut dikarenakan akses pendidikan yang jauh dan pendapatan orangtua masih kurang, hal tersebut karena pada umumnya anak seorang petani yang ada di daerah terpencil masih beranggapan dari pada si anak sekolah lebih baik membantu orang tua kesawah atau ke ladang membantu orang tuannya. Untuk mengejar ketertinggalan mutu pendidikan di negara kita, terutama pendidikan para petani yang merupakan bagian terbesar penduduk Indonesia (80%),  pemerintah akan lebih baik jika memperluas pendidikan non formal  dengan memperbanyak dan memfungsikan para penyuluh lapangan sebagai fasilitator, yang punya otoritas mengembangkan kemampuan komunitas masyarakat tani. Kredit point di ukur dengan megukur tingkat perubahan langsung di lapangan.
Jikapun ada tersentuh dengan sarana pendidikan, kualitasnya masih sangat rendah. Desa cibuluh, yang berjarak 15 km dari kota kecamatan cidaun, masyarakatnya hampir 70 % baru lulusan SD. Pendidikan bagi kelompok masyarakat petani yang ada di pinggiran hutan , tidak sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang mereka butuhkan. Anak petani lulusan SMA, belum tentu bisa memecahkan masalah pertanian. Belum ada sistem pendidikan yang bisa memecahkan masalah pertanian dan nelayan, yang mampu memberikan jalan keluar dari himpitan ekonomi yang dihadapai mereka.
Jika melihat kondisi masyarakat yang jauh dari akses transportasi maka tugas seorang penyuluh lapangan untuk membuat terobosan yang mampu memberdayakan para petani untuk mampu berkembang dan mampu memanfaatkan sumber daya yang ada disekitar mereka, penyuluh lapangan diharapkan memiliki aksesibilitas yang tinggi, kualitas yang bagus, dan mampu memanfaatkan kemampuan yang ada dan dapat bermanfaat bagi para petani.
Upaya menerapkan inovasi penyuluhan pertanian merupakan tuntutan yang sangat mendesak dewasa ini adalah perlu dilakukannya upaya persiapan sosial kepada masyarakat penerima program pembangunan. Berdasarkan pengalaman selama ini, banyak program pemerintah tidak dapat berhasil sesuai dengan rencana karena masyarakat sering bersikap apatis terhadap setiap program pembangunan. Sikap apatis masyarakat ini muncul karena masyarakat sendiri memang benar-benar tidak mengetahui, tidak, mengerti tentang program pembangunan atau paket teknologi yang diperkenalkan kepada mereka. Oleh karena itu, masyarakat harus dipersiapkan secara sosial agar secara mental mereka mengerti, memahami dan akhirnya mereka mau menerima program pembangunan.
Peranan Penyuluh dalam Memotivasi Peserta Pelatihan yang Berada pada tingkat kebutuhan dasar
Kemampuan peserta didik sangat menentukan keberhasilan dalam proses belajar. Faktor yang mempengaruhi proses belajar antara lain motivasi, sikap, minat, kebisaan belajar dan konsep diri. Perasaan individu dan persepsi pribadi biasanya berhubungan dengan teori kognitif tentang motivasi. Walau bagaimanapun, ketertarikan humanis pada persepsi diri tidak terbatas dari tingkah laku di sekolah dan juga prestasinya. Humanistik menekankan pentingnya pemahaman seorang murid tentang persepsi dunia dalam rangka memenuhi potensi dasarnya.
Maslow menyatakan bahwa seorang peserta pelatihan tidak akan termotivasi untuk belajar di suatu kegiatan pelatihan kalau perutnya lapar kecuali kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Berdasarkan hal tersebut, Apakah ini berarti penyuluh tidak dapat memotivasi peserta pelatihan/petani yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya untuk belajar dengan baik padahal, penyuluh tidak mempunyai kewajiban dan berada di posisi untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.
Keller (1983) mensintesa banyak teori motivasi untuk membentuk model aplikasi yang terdiri dari empat hal utama: (1) minat, atau perluasan keingintahuan pembelajar yang terbangun dan tersedia tiap waktu; (2) relevansi, keterkaitan antara atau persepsi pembelajar mengenai instruksi belajar dengan kebutuhan atau tujuan individu; (c) ekspektasi, atau perasaan pembelajaran dalam memperoleh kesuksesan dalam menangani kontrol individu; dan (4) kepuasan, yang terkait dengan motivasi intrinsik pembelajar dan respon untuk mendapat penghargaan ekstrinsik.
Beberapa ahli psikologi percaya bahwa semua tingkah laku manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menghindarkan dari ketidak senangan. Maslow (1962) mengkonsepkan sebuah hierarki dari kebutuhan yang disusun menurut prioritas
1.      kebutuhan psikologi (tidur, haus)
2.      kebutuhan akan keamanan( kebebasan daru bahaya, kecemasan dan perawatan psikologi)
3.      kebutuhan akan kasih sayang (diperoleh dari orang tua, guru dan bangsawan)
4.      kebutuhan untuk dihargai (pengalaman yang berharga, kepercayaan didi dalam kemempuannya)
5.      kebutuhan untuk aktualisasi diri (ekspresi diri yang kreatif, berusaha untuk mencari keingintahuan)
Dalam usaha mencapai keberhasilan dalam proses belajar yang ditunjukkan oleh kemandirian petani, seorang penyuluh harus dapat memahami proses belajar yang dialami oleh sasarannya, meliputi jenis belajar, cara belajar, prinsip-prinsip belajar, ciri belajar dan faktor psikologis yang mempengaruhinya.
Penyuluhan juga memiliki tujuan yang harus dicapai sehingga sebagai pendidik/penasehat bagi petani dan keluarganya, pekerjaan penyuluh tidak terbatas pada mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan tetapi juga memotivasi, membimbing dan mendorong petani mengembangkan swadaya dan kemandiriannya dalam berusahatani sehingga dapat hidup yang lebih baik dan sejahtera.
Terkait dengan kegiatan motivasi tersebut maka seorang penyuluh harus memahami bahwa pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan. Dan kebutuhan yang dimiliki oleh setiap manusia tersebut akan berbeda-beda menurut tingkat kebutuhan masing-masing. Seseorang yang kebutuhan fisiologis (dasarnya) belum terpenuhi maka akan sulit untuk diikutsertakan dalam kegiatan pelatihan yang diadakan oleh penyuluh pertanian yang pada dasarnya merupakan kebutuhan yang lebih tinggi. Oleh karena perlu adanya motivasi dari para penyuluh sehingga kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dapat diikuti oleh peserta pelatihan.
Berkaitan dengan adanya tingkat kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap orang maka 5 Konsep penting Motivasi Belajar:
1.      motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda.
2.      motivasi belajar bergantung pada suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia, suatu hasil dari ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
3.      motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemberdayaan atribusi.
4.      motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera.
5.      motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.
Pada dasarnya, manusia adalah makhluk hidup yang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan selalu merasa tidak puas dengan apa yang didapat. Karena kebutuhan manusia yang tidak terbatas maka pada kondisi tertentu, kebutuhan yang berada pada hierarki lebih paling bawah tidak harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum seseorang akan mencoba untuk memiliki kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Sebagai contoh seorang yang lapar atau yang secara fisik dalam bahaya tidak begitu menghiraukan untuk memenuhi kebutuhan terlebih dahulu karena yang terpenting adalah mempertahankan konsep diri positip (gambaran terhadap diri sendiri sebagai orang baik); namun begitu, orang yang tidak lagi lapar atau tidak lagi dicekam rasa takut, kebutuhan akan harga diri menjadi penting.
Penting diketahui bahwa setiap individu memiliki perbedaan dari segi genetik (bakat) dan lingkungan yang mempengaruhi performens manusia. Hal tersebut menyebabkan perbedaan baik dari segi ekonomi, status, jabatan dan lain lain yang bisa ditunjukkan dari kebutuhan setiap individu berbeda beda dan berada dalam berbagai tingkatan. Ini tentu jadi tantangan bagi penyuluh untuk memahami keberadaan motivasi peserta penyuluhan sehingga tidak ada kesalahan ketika memberikan sebuah motivasi seperti penghargaan. Sehingga penyuluh harus mampu mengetahui tingkat kebutuhan peserta/sasaran didik sehingga dapat dengan mudah menentukan strategi yang akan diterapkan dalam proses belajar yang diselenggarakan.
Dalam usaha mengembangkan swadaya dan kemandirian peserta didik, seorang penyuluh harus memahami kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki peserta didik. Untuk memahami hal tersebut, seorang penyuluh harus memiliki kemampuan untuk menganalisa dan mengkaji secara mendalam apa yang menjadi minat dan kebutuhan peserta didik, kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi oleh ketersediaan sumberdaya alam serta prioritas dari minat dan kebutuhan tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, seorang penyuluh harus mampu memberikan motivasi belajar pada peserta/sasaran didik berdasarkan tingkat kebutuhan mereka, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi penyuluhan, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera. Motivasi belajar dapat meningkat pada diri peserta apabila penyuluh memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya. Karena pada dasarnya memotivasi merupakan memberikan semangat kepada individu melalui pemberian ransangan, memelihara rasa ingin tahu mereka dengan tujuan, mendorong, dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan.
Pada kasus peserta/sasaran didik yang berada pada tingkat belum dapat memenuhi bagi kebutuhan fisiologisnya (rasa lapar), sulit bagi penyuluh untuk memotivasi mereka untuk mau belajar dengan baik. Dalam hal ini, motivasi yang diberikan penyuluh adalah menyadarkan mereka bahwa dengan usaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka dalam berusaha lebih baik pada akhirnya dapat membuat mereka mampu memenuhi kebutuhan dasarnya.

Jejaring sosial
Bertani adalah profesi para petani, dalam keadaan bagaimanapun petani akan tetap bertani (kecuali dia pindah profesi) dan selalu berusaha dapat bertani dengan lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu yang mereka perlukan adalah informasi baru tentang segala hal yang berkaitan dengan usahataninya. Apakah itu informasi baru tentang teknologi budidaya pertanian, tentang sarana-sarana produksi, permintaan pasar, harga pasar, cuaca, serangan dan ancaman hama dan penyakit, berbagai alternatif usahatani lain, dan lain sebagainya.
Dengan mendapatkan informasi-informasi yang relevan dengan usahataninya itu para petani akan meningkat kemampuan dan kemungkinannya untuk membuat keputusan-keputusan yang lebih baik dan yang lebih menguntungkan bagi dirinya sendiri dan tidak tergantung pada keputusan orang atau fihak lain. Informasi adalah bahan mentah untuk menjadi pengetahuan, dan pengetahuan itu sangat diperlukan untuk bisa mempertahankan hidupnya, apalagi untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dunia petani tidak lagi sebatas desanya, tetapi sudah meluas ke semua daerah di negaranya bahkan ke manca negara. Oleh karena itu para petani juga semakin memerlukan informasi tentang dunianya yang semakin luas itu. Kalau kebutuhannya akan berbagai macam informasi itu tidak terpenuhi maka itu berarti para petani itu terkendala untuk maju. Penyuluhan pertanian seyogyanya dapat berfungsi melayani kebutuhan informasi para petani itu.
Materi-materi penyuluhan pertanian disajikan kepada para petani tidak dengan pendekatan individual, tetapi melalui pendekatan kelompok, kecuali untuk kasus-kasus tertentu yang memang memer-lukan pendekatan individual. Pendekatan kelompok ini disarankan bukan hanya karena pendekatan ini lebih efisien, tetapi karena pendekatan itu mempunyai konsekuensi dibentuknya kelompok-kelompok tani, dan terjadinya interaksi antar petani dalam wadah kelompok-kelompok itu.

Mengelimir kelompok yang tertinggal
Penyuluhan harus berupaya untuk memperkuat “Organisasi akar rumput” Organisasi akar rumput adalah organisasi kelompok tani  atau kelompok masyarakat yang tinggal di suatu tempat. Jika kelompok akar rumput ini kuat, maka akan lebih pempermudah proses pendidikan atau penyuluhan karena organisasi tersebut, akar berperan untuk melanjutkan proses transformasi (perubahan) secara berkelanjutan. Walaupun para penyuluh sudah pindah ke daerah lain, proses tranformasi akan berjalan terus yang dimotori oleh kelompok akar rumput tersebut. Kedua jaringan tersebut sudah mencoba untuk membuat unit usaha sendiri (penyediaan bibit tanaman, penjualan hasil prosuduksi pertnian langsung ke konsumen). Diharapkan organisasi tersebut menjadi organisasi masyarakat yang mandiriri dan mampu mendanai sendiri proses penyuluhan di daerahnya.

Jaminan Pendidikan Berkelanjutan
Mengingat bahwa penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan non formal dan bahwa pendidikan merupakan proses yang diharapkan membawa kepada perubahan perilaku yang diinginkan, karenanya diperlukan beragam cara untuk menciptakan situasi belajar yang baik. Cara-cara menciptakan situasi belajar tersebut secara populer disebut dengan metode penyuluhan. Metode-metode penyuluhan ini merupakan pendekatan dasar untuk melakukan pendekatan, mendorong dan mempengaruhi anggota masyarakat petani untuk belajar (Leagans 1960; Dahama dan Bhatnagar 1980)
Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya untuk meningkatkan produktifitas, efesiensi usaha, pendapatan dan kesejahteraannya. Sebagai kegiatan pendidikan, penyuluhan pertanian mengupayakan membantu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi pelaku utama dan keluarganya.
Seorang penyuluh juga harus mampu dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat tani. Memberikan proses belajar yang terus menerus agar menumbuhkan kesadara. Penyuluh juga memberikan informasi, dan memberikan pelatihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Funfsi lain adalah untuk mengembangkan masyarakat, penyuluhan berperan sebagai utusan atau wakil yang berkaitan dengan interaksi pekerja pengembangan masyarakat melalui penggunaan media, hubungan masyarakat, jaringan antara pekerja pengembangan masyarakat dan pekerja yang relevan, dan berbagi pengalaman dan pengetahuan baik secara formal maupun informal antara pekerja pengembangan masyarakat dan antara masyarakat.
Fungsi penyuluhan lainnya adalah menjembatani kesenjangan antara praktek yang biasa dijalankan oleh para petani dengan pengetahuan dan teknologi yang selalu berkembang menjadi kebutuhan para petani tersebut. Fungsi penyuluhan dapat dianggap sebagai penyampai dan penyesuaian program nasional dan regional agar dapat diikuti dan dilaksanakan oleh petani, sehingga program-program masyarakat petani yang disusun dengan itikad baik akan berhasil dan mendapat partisipasi masyarakat
Fungsi penyuluhan yang terakhir adalah fungsi pemberian pendidikan dan bimbingan yang berkelanjutan, yang artinya penyuluhan tidak akan berhenti begitu saja ketika mengetahui bahwa petani di tempat mereka berikan pendidikan, ternyata telah dapat melakukan perubahan. Namun, penyuluh tetap membantu mereka ke arah yang lebih baik lagi.

Kesimpulan
Penyuluhan sangat berperan penting dalam kehidupan pertanian di Indonesia. Dengan adanya penyuluhan masyarakat tani mengetahui segala bentuk teknologi ataupun informasi terbaru untuk meningkatkan produksi uasahatani mereka. Melalui berbagai macam model penyuluhan, ternyata model penyuluhan partisipatiflah yang dilihat tepat untuk kondisi Indonesia saat ini.
Sebagai warga negara Indonesia yang baik, sudah selayaknya kita menyadari bahwa pertanian adalah dasar dari pembangunan pertanian kita. Terdapat beberapa pokok yang harus diperhatikan dalam paradigma baru pembangunan pertanian negara yang sedang berkembang. Pertama kita dapat menciptakan kebijaksanaan pertanian yang menjamin agar para petani memperoleh hak mereka. Kedua dapat menjamin adanya suatu sistem ketahanan pangan bagi negara-negara yang sedang berkembang. Ketiga dapat melindungi dan memanfaatkan kekayaan alam yang berupa plasma nutfah yang dimiliki oleh negara-negara yang sedang berkembang. Jadi dapat disimpulkan bahwa, penyuluhan pertanian berperan sebagai ujung tombak menuju pertanian tangguh.

Daftar Pustaka
Djudju Sudjana, (1983 ). Pendidikan Non Formal, Wawasan, Sejarah, Asas.  Bandung: palah

Entang Sastraatmadja, 1993. Penyuluhan Pertanian Falsafah dan Strategi. Bandung: Penerbit Alumni.

Kartasapoetra. A. G. 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: BUMI AKSARA .

Krisnandhi S. 1968. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Jajasan Dana Buku Indonesia .

Mugniesyah, Siti Sugiah. 2006. Materi Bahan Ajar Ilmu Penyuluhan (Diktat Kuliah). Bogor: Departemen Komunikasi Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Padmanagara, Salmon. Penyuluhan Pertanian Sebagai Ujung Tombak Menuju Pertanian Tangguh. Lembang: Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian.

Sastraatmadja, Entang. 2006. Petani di Tanah Merdeka. Bogor: Petani Centre HA IPB.

Setiana, Lucie. 2005. Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Ghalia Indonesia.

Soetrisno, Loekman. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian. Yogyakarta: KANISIUS.

Suriatna, Sumardi. 1988. Metode Penyuluhan Pertanian. Jakarta: PT MEDIYATAMA SARANA PERKASA.

Taopan. 2005. Hubungan Kelembagaan Penyuluhan Dengan Peran Penyuluhan Dengan Peran Penyuluh Selaku Pekerja Pengembangan Masyarakat (Skrispsi). Bogor: Departemen Komunikasi Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.



0 komentar

Posting Komentar