Jumat, 28 Februari 2020

memanfaatkan masa bera untuk meningkatkan kesuburan sawah


Pupuk adalah seluruh bahan penyubur tambahan—yang mengandung unsur hara atau nutrisi untuk tanaman[1][2]. Petani-petani Indonesia rupanya memiliki cara cerdik untuk mengurangi tenaga dan biaya pemupukan. Cara yang paling sederhana adalah…
memanfaatkan masa bera.
Masa bera (fallow) adalah masa istirahat tanah. Lahan dibiarkan tidak diolah atau tidak ditanami selama waktu tertentu. Selama masa bera, tumbuhan liar akan dibiarkan tumbuh secara alami hingga terjadi penumpukan seresah terus menerus. Seresah tersebut menjadi sumber makanan bagi organisme tanah dan pada akhirnya terolah menjadi sumber hara di tanah. Selain itu, metode ini dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.
Masa bera sudah dikenal sejak sistem ladang berpindah. Masa bera diterapkan setelah 1-3 musim tanam, saat kesuburan tanah menurun, dan/atau gulma sulit diatasi, lahan diberakan selama 5—15 tahun. Kemudian, lahan dibersihkan kembali dengan sistem tebas dan digunakan untuk 1-3 musim tanaman pangan[3].
Tentunya waktu bera tradisional terlalu lama jika diterapkan saat ini. Untuk itu, petani melakukan modifikasi untuk mempersempit masa bero, seperti Sistem Amarasi di NTT[4] . Mereka membiarkan pohon lamtoro tumbuh di tanah yang akan ditanami Jagung. Pada waktu persiapan lahan (September—November), mereka menebas semua tegakan lamtoro. Kayunya diambil untuk kayu bakar, sementara daun dan ranting di sebar di permukaan tanah. Terkadang mereka membakar daun dan ranting sebelum disebar, untuk mempercepat pengembalian unsur hara. Saat musim hujan, para petani menyebar benih lamtoro bersamaan dengan penanaman Jagung. Mereka akan menebang pohon lamtoro lagi untuk menyuburkan tanah pada beberapa musim tanam selanjutnya[5].
Di Pulau Jawa, petani memulihkan tanah dengan menanam legum pada lahan sawah yang kesuburannya berkurang. Tanaman legum (kacang-kacangan) memiliki bakteri pada bintil akar yang mengasimilasi gas nitrogen. Sebagian nitrogen tersebut nantinya dimanfaatkan oleh tanaman. Tanaman legum yang dapat digunakan antara lain kacang tanah, kara benguk, dan kudzu. Yang paling sering digunakan petani adalah kacang tanah.
Setelah satu atau dua musim tanam padi, biasanya petani akan mengistirahatkan sawah mereka dengan bertanam legum. Selain untuk mengembalikan kesuburan tanah, penanaman legum juga berfungsi memotong siklus hidup OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).
Pengembalian unsur hara tanpa pupuk tentunya tidak secepat dan sebaik menggunakan pupuk. Mikronutrisi dan makronutrisi yang hilang setelah penanaman membutuhkan waktu lama untuk pengembalian. Sehingga, untuk mengejar kebutuhan produksi, petani tetap perlu menggunakan pupuk, walau pupuk tersebut bersifat organik.
Pupuk organik yang paling mudah didapatkan oleh petani dapat berupa pupuk kandang atau pupuk hijau (seresah panenan tanaman atau jerami padi). Petani juga dapat memanfaatkan limbah rumah tangga untuk dijadikan pupuk cair dengan cara mencampurkannya dengan air kelapa, air cucian beras, air gula, dan ragi tempe. Kemudian, membiarkannya dalam kadaan tertutup selama 2–3 minggu. 
Catatan Kaki

0 komentar

Posting Komentar