Selasa, 29 Oktober 2019

PELUANG DAN TANTANGAN PERTANIAN ORGANIK



Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Prakteknya, pertanian organik dilakukan dengan cara:
Ø  Menghindari penggunaan benih/bibit hasil rekayasa genetika (GMO= genetically modified organism).
Ø  Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis baik pupuk, pestisida maupun zat pengatur tumbuh (growth regulator).
Ø  Menghindari penggunaan hormon tumbuh dan bahan adiatif sintesis dalam pakan ternak

Pertanian organik adalah sistem budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Wikipedia

Konsep dasar dari pertanian organik adalah kegiatan pertanian menggunakan bahan-bahan organik sebagai sarana produksinya. Pangan berkaitan dengan cara-cara produksi organik hanya apabila pangan tersebut berasal dari sebuah sistem pertanian organik yang menerapkan praktek-praktek manajemen yang bertujuan untuk memelihara ekosistem untuk mencapai produktivitas yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian organisme pengganggtanaman (OPT) melalui berbagai cara seperti daur ulang residu tumbuhan dan hewan, seleksi dan pergiliran tanaman, manajemen pengairan, pengolahan lahan dan penanaman serta penggunaan bahan-bahan hayati. 
Kesuburan tanah dijaga dan ditingkatkan melalui suatu sistem yang mengoptimalkan aktivitas biologis tanah dan keadaan fisik dan mineral tanah yang bertujuan untuk menyediakan suplai nutrisi yang seimbang bagi kehidupan tumbuhan dan hewan serta untuk menjaga sumberdaya tanah.  Produksi harus berkesinambungan dengan menempatkan daur ulang nutrisi tumbuhan sebagai bagian penting dari strategi penyuburan tanah.
Manajemen hama dan penyakit dilakukan dengan merangsang adanya hubungan seimbang antara inang/predator, peningkatan populasi serangga yang menguntungkan, pengendalian biologis dan kultur teknis serta pembuangan secara mekanis hama maupun bagian tumbuhan yang terinfeksi
Keuntungan
¬  Menghasilkan makanan yang cukup, aman, dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis;
¬  Meningkatkan pendapatan petani;
¬  Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani;
¬  Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian;
¬  Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan;
¬  Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.
Dasar budidaya ternak secara organik adalah pengembangan hubungan secara harmonis antara lahan, tumbuhan dan ternak, serta penghargaan terhadap kebutuhan fisiologis dan kebiasaan hidup ternak.  Hal ini dipenuhi melalui kombinasi antara penyediaan pakan yang ditumbuhkan secara organik yang berkualitas baik, kepadatan populasi ternak yang cukup, sistem budidaya ternak yang sesuai dengan tuntutan kebiasaan hidupnya, serta cara-cara pengelolaan hewan yang dapat mengurangi stress dan berupaya mendorong kesejahteraan serta kesehatan ternak, pencegahan penyakit  dan menghindari penggunaan obat-obatan kimia (termasuk antibiotika)

KEKUATAN (STRENGTH)
Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen pertanian organik terkemuka di dunia beberapa faktor yang menjadi kekuatan Indonesia dalam pengembangan pertanian organik adalah:
1.          Sumberdaya alam dan sumberdaya hayati
Sebagai negara agraris, indonesia memiliki potensi sangat besar bagi sistem pertanian organik. Selain lahan pertanian tropik, plasma nutfah yang sangat beragam, juga didukung oleh ketersediaan bahan organik. Produk buah-buahan seperti durian, manggis, salak, duku dan rambutan dengan mudah digolongkan ke dalam buah-buah organik.
2.          Adanya berbagai pemangku kepentingan yang memiliki respon terhadap pertanian organik
Peminat pertanian organik telah mendeklarasikan organisasi yang diberi nama Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (MAPORINA).  Di Indonesia juga telah beredar produk pertanian organik dari produksi lokal seperti beras organik, kopi organik, teh organik dan beberapa produk lainnya. Adanya berbagai pemangku kepentingan yang bergerak dalam pertanian organik menjadi kekuatan tersendiri bagi pengembangan pertanian organik di masa yang akan datang.
3.          Berkembangnya bioteknologi mikroba pendukung pertanian organik
a.       Teknologi kompos bioaktif. Teknologi ini merupakan teknologi yang dapat mempersingkat proses pengomposan (dekomposisi) bahan organik dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu. Produk-produk biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan, yang tersedia di pasaran diantaranya: SuperDec, OrgaDec, EM4, EM Lestari, Starbio, Degra Simba, Stardec, dan lain-lain. SuperDec dan OrgaDec, merupakan biodekomposer yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia (BPBPI). Mikroba biodekomposer unggul yang digunakan adalah Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, dan fungi pelapuk putih. Mikroba tersebut mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2-3 minggu. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos. Ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikroba akan berperan untuk mengendalikan organisme patogen penyebab penyakit tanaman.
b.      Biofertilizer. Teknologi ini merupakan teknologi mikroba yang berperan dalam meningkatkan penyediaan dan penyerapan hara tanaman. Prinsip dasarnya mikroba tanah yang mampu menghasilkan hormon tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer (jasad penyubur tanaman). Hasil penelitian yang dilakukan oleh BPBPI mendapatkan bahwa biofertilizer setidaknya dapat menyuplai lebih dari setengah kebutuhan hara tanaman. Biofertilizer yang tersedia di pasaran antara lain Emas, Rhiphosant, Kamizae, OST, dan Simbionriza.
c.       Agen biokontrol. Teknologi ini merupakan teknologi mikroba untuk pengendalian hama dan penyakit. Teknologi mikroba (agen biokontrol) yang sudah dikembangkan antara lain Bacillus thuringiensis (BT), Bauveria bassiana, Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae., Trichoderma sp. Beberapa produk biokontrol yang tersedia di pasaran, antara lain, Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P, dan Hamago.
4.          Adanya dukungan kebijakan pemerintah
Departemen Pertanian sejak tahun 2000 telah memberikan perhatian yang serius terhadap pengembangan pertanian organik, bahkan pada saat itu dicanangkan untuk mencapai Go Organik 2010. Selanjutnya untuk mencapai Go Organik 2010 tersebut berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan diantaranya adalah dengan dibentuknya Otoritas Kompeten Pertanian Organik melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 432/Kpts/OT.130/9/2003 dan Pembentukan Task Force Organik.
Berbagai pelatihan fasilitator dan inspektor organik, seminar dan workshop untuk mensosialisasikan pertanian organik kepada masyarakat dan stakeholder telah dilakukan bekerjasama dengan berbagai lembaga yang telah bergerak di bidang pertanian organik. Ketentuan tentang persyaratan produksi, pelabelan dan pengakuan (claim) terhadap produk pangan organik telah dikonsensuskan  pada Standar Nasional Indonesia Pertanian Organik dan disahkan oleh BSN yaitu SNI 01-6729-2002 Sistem Pangan Organik Produksi, Pemrosesan, Pelabelan dan Pemasaran.
5.          Karakter teknologi bersifat ramah lingkungan dan menjamin pertanian berkelanjutan
Pertanian organik akan banyak memberikan keuntungan ditinjau dari segi peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan produksi tanaman maupun ternak, dari aspek lingkungan dalam mempertahankan ekosistem, sedangkan dari aspek ekonomi akan menghemat devisa negara untuk mengipor pupuk, bahan kimia pertanian dan memberi banyak kesempatan lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan petani.
Pertanian organik memungkinkan pemanfaatan limbah rumah tangga, limbah pertanian dan limbah peternakan sebagai bahan baku pupuk. Kotoran yang dihasilkan oleh hewan ternak yang semula kurang dapat dimanfaatkan, kini dapat diolah menjadi pupuk organik yang mampu mendukung kebutuhan hara tanaman. Pertanian organik merupakan salah satu wujud pertanian berkelanjutan. Penggunaan bahan organik diharapkan akan mengurangi kerusakan tanah sehingga tanah dapat terus memberikan manfaatnya untuk kehidupan yang akan datang. Penurunan produktivitas dapat dicegah sehingga kemampuan produksi tetap dapat dipertahankan
6.          Peningkatan produksi dan pendapatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan organik sebagai pupuk dalam budidaya pertanian memberikan hasil yang sangat memuaskan dibandingkan dengan menggunakan pupuk kimia. Perbedaan itu bisa dilihat dari aspek ekologis dan ekonomis. Pupuk organik sangat membantu dalam mengembalikan kondisi fisik dan  biokimia tanah. Penelitian di Jepang menyebutkan bahwa untuk mengembalikan kondisi tanah yang parah seperti di Indonesia dibutuhkan waktu 5 tahun lebih, dengan 3 kali musim tanam per tahun..
Kajian ekonomis menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik menguntungkan. Hasil uji coba petani di Lombok Barat membuktikan bahwa pupuk organik juga mejadikan tanaman padi lebih tahan terhadap serangan hama wereng dan batang lebih kuat dari terpaan angin. Penggunaan pupuk organik pada tahap awal memang akan lebih banyak tetapi terus berkurang seiring membaiknya kondisi tanah diiringi dengan meningkatnya produksi.
KELEMAHAN (WEAKNESSES)
Pertanian organik telah mulai berkembang di masyarakat, namun demikian perkembangan tersebut masih dirasakan kurang optimal. Hal tersebut antara lain disebabkan masih adanya berbagai kelemahan antara lain :
1.      Kesalahan persepsi
Masyarakat awam menganggap produk organik adalah produk yang bagus tidak hanya dari segi kandungan nutrisi namun juga penampilan produknya. Kenyataannya produk organik tidaklah selalu bagus, sebagai contoh daun berlobang dan berukuran kecil, karena tidak menggunakan pestisida dan zat perangsang tumbuh atau pupuk anorganik lainnya. Pada  awal kegiatan pertanian organik,  kuantitas produksi seringkali tidak sesuai harapan dan berada dibawah produktivitas pertanian anorganik.
Petani terbiasa menggunakan pupuk anorganik yang akan memberikan respon cepat pada tanaman, sebagai contoh pemupukan Tanaman dengan pemupukan organik mengindikasikan pengaruh perubahan pertumbuhan tanaman tergolong lambat. Pada musim ketiga dan seterusnya, efek pupuk organik tersebut menunjukkan hasil yang nyata perbedaannya dengan pertanian non organik. Ini berarti bahwa pertanian organik di tahun-tahun awal akan mengalami banyak kendala dan membutuhkan modal yang cukup untuk bertahan, namun pada tahun berikutnya kendala yang dihadapi semakin berkurang sejalan dengan peningkatan kesuburan tanah.
Beberapa pemahaman terhadap pertanian organik yang masih keliru adalah:
a.       Biaya mahal. Penggunaan bahan dalam jumlah yang banyak, penggunaan pestisida, dan pupuk pelengkap cair organik dianggap memerlukan biaya yang mahal.
b.      Memerlukan banyak tenaga kerja. Penggunaan bahan organik dalam jumlah yang banyak dipersepsikan akan memerlukan tenaga kerja yang banyak baik untuk pengangkutan maupun aplikasinya.
c.       Kembali pada sistem pertanian tradisional. Pertanian organik banyak dipersepsikan sebagai usaha pertanian yang bersifat mundur pada cara usahatani sebelum teknologi bahan kimia diintroduksikan. pertanian organik modern sangat berbeda dengan pertanian alamiah di jaman dulu. Pertanian organik modern dibutuhkan teknologi bercocok tanam, penyediaan pupuk organik, pengendalian hama dan penyakit menggunakan agen hayati atau mikroba serta manajemen yang baik untuk kesuksesan pertanian organik tersebut.
d.      Produksi rendah. Perubahan pertanian anorganik secara drastis ke pertanian organik pada tahap awal akan menurunkan produksi, namun dalam jangka panjang produksi akan semakin meningkat.
Kesalahan persepsi antara lain disebabkan oleh minimnya informasi tentang pertanian organik. Informasi mengenai produk organik masih sangat minim. Kesalahan persepsi tentang pertanian organik perlu diatasi melalui peningkatan penyebaran informasi dan penyuluhan yang intensif.
2.      Penyediaan pupuk organik
Pertanian organik mutlak memerlukan pupuk organik sebagai sumber hara utama. Sistem pertanian organik mensyaraktan ketersediaan hara bagi tanaman harus berasal dari pupuk organik. Kenyatannya pupuk organik memiliki kandungan hara per satuan berat kering bahan jauh di bawah hara yang dihasilkan oleh pupuk anorganik, seperti Urea, TSP dan KCl. Untuk memenuhi kebutuhan dasar tanaman (minimum crop requirement) dapat membuat petani kewalahan. Umumnya petani kita bukan petani mampu yang memiliki lahan dan ternak sekaligus, sehingga mereka mesti membeli dari sumber lainnya dan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi disamping tenaga yang lebih besar.
Dari perspektif penyediaan bahan organik, beberapa kelemahan pertanian organik adalah  :
a.           Kesediaan bahan organik terbatas, sedangkan takaran yang dibutuhkan untuk pertanian organik  harus banyak.
b.          Transportasi bahan organik relatif mahal karena bahan organik bersifat meruah
c.           Menghadapi persaingan dengan kepentingan lain (mis. dengan peternakan) dalam memperoleh sisa pertanaman dan limbah organik
d.          Tidak adanya bonus harga produk pertanian organik
3.      Kesiapan teknologi pendukung
Teknologi pertanian organik, baru dikenal masyarakat dalam beberapa tahun terakhir, sehingga wajar apabila ketersediaan teknologi pendukung masih terbatas. Teknik bercocok tanam yang benar seperti pemilihan rotasi tanaman dengan mempertimbangkan efek allelopati dan pemutusan siklus hidup hama perlu diketahui. Pengetahuan akan tanaman yang dapat menyumbangkan hara tanaman seperti legum sebagai tanaman penyumbang nitrogen dan unsur hara lainnya sangatlah membantu untuk kelestarian lahan pertanian organik. Selain itu teknologi pencegahan hama dan penyakit juga sangat diperlukan, terutama pada pembudidaya pertanian organik di musim hujan.
4.      Pemasaran
Pemasaran produk organik di dalam negeri sampai saat ini hanyalah berdasarkan kepercayaan kedua belah pihak yaitu konsumen dan produsen. pemasaran produk organik Indonesia masih sulit menembus pasar internasional meskipun sudah ada beberapa pengusaha yang pernah menembus pasar international tersebut. Kendala utama adalah sertifikasi produk oleh suatu badan sertifikasi yang sesuai dengan standar pertanian organik yang ditetapkan oleh negara yang akan dituju. Akibat keterbatasan sarana dan prasarana terutama terkait dengan standar mutu produk, sebagian besar produk pertanian organik tersebut berbalik memenuhi pasar dalam negeri yang masih memiliki pangsa pasar cukup luas. Masing-masing produsen melabel produknya sebagai produk organik, namun kenyatannya banyak yang masih mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia atau menggunakan pestisida untuk pengendalian hama penyakit tanaman. Petani yang benar-benar melaksanakan pertanian organik tentu saja akan merugi.
5.      Sertifikasi
Lembaga standarisasi pertanian organik yang ada saat ini adalah 1) Standar Internasional Standar International Federation of Organik Agriculture Movements (IFOAM). Standar dasar untuk produk organik dan prosesnya dari IFOAM sejak 1980,  2) The Codex AlimentariusStandar yang disusun dengan penyesuaian standar IFOAM dengan beberapa standar dan aturan lain, 3) National dan supranational regional, dan 4) Standard yang dibuat di setiap negara dan 5) Standar pertanian organik di Indonesia, tertuang dalam SNI 01-6729-2002.  Sistim pertanian organik menganut paham organik proses, artinya semua proses sistim pertanian organik dimulai dari penyiapan lahan hingga pasca panen memenuhi standar budidaya organik, bukan dilihat dari produk organik yang dihasilkan. SNI sistem pangan organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya juga harus di akreditasi oleh Deptan melalui PSA (Pusat Standarisasi dan Akreditasi).
Bila dilihat kondisi petani di Indonesia, hampir tidak mungkin mereka mendapatkan label sertifikasi dari suatu lembaga sertifikasi asing maupun dalam negri. Luasan lahan yang dimiliki serta biaya sertifikasi yang tidak terjangkau, menyebabkan mereka tidak mampu mensertifikasi lahannya. Satu-satunya jalan adalah membentuk suatu kelompok petani organik dalam suatu kawasan yang luas yang memenuhi syarat sertifikasi, dengan demikian mereka dapat pembiayaan sertifikasi usaha tani mereka secara gotong royong. Hal ini pun masih sangat tergantung pada kontinuitas produksi mereka.
6.      Penelitian dan pengkajian
Kelemahan dalam pengembangan pertanian organik dalam aspek penelitian dan pengkajian  adalah belum memadainya hasil pengkajian yang diperlukan dalam pengembangan pertanian organik di antaranya :
1.  Penelitian mendalam terhadap sistim pertanian organik. Banyak bidang penelitian yang terkait dalam mendukung perkembangan pertanian organik. Dimulai dari kajian tentang penyediaan mikroba yang dapat mendekomposisi bahan organik dalam waktu singkat, sehingga penyediaan pupuk organik dapat terpenuhi Penelitian tentang kesesuaian tanaman yang ditanam secara multikultur, dan pemutusan siklus hama dengan rotasi tanaman. Hingga saat ini belum ada hasil penelitian yang dapat menjelaskan hal tersebut, petani hanya mencoba-coba dari beberapa kali pengalaman mereka bercocok tanam tersebut.
2.  Penelitian pengendalian hama dan penyakit tanaman secara alami. Kegagalan panen merupakan ancaman besar buat petani, sehingga sangat dibutuhkan riset tentang bahan alami yang mengandung bahan insektisida dan penerapannya dalam pertanian.
3.  Penelitian neraca hara dalam jangka waktu panjang.
4.  Kajian di segi pemasaran dan ekonomi juga akan sangat berperan dalam menembus pasar internasional produk organik Indonesia.
PELUANG (OPPORTUNITIES)
Komponen pertanian organik yang dapat dipandang sebagai peluang dan prosektif untuk  pengembangan pertanian organik menurut adalah  :
1.      Adanya peningkatan biomasa. Pengembangan jenis pohon yang cepat tumbuh di sekitar lokasi, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk meningkatkan bahan organik.
2.      Kompos, dapat dimanfaatkan sebagai sumber untuk meningkatkan bahan organik.
3.      Pupuk hayati, pengembangannya didasarkan pada potensi mikroorganisme yang ada di Indonesia, di lain pihak pupuk hayati yang harus diimpor perlu dikembangkan teknologinya di Indonesia (alih teknologi),
4.      Pestisida hayati. Bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk perlindungan tanaman, saat ini perhatian dan pengguaannya masih sangat terbatas, sehingga terbuka peluang lebih besar dalam menggali keragamaan sumber daya hayati,
5.      Pengetahuan/teknologi tradisional. Diperlukan usaha untuk menggali kembali kearifan tradisional dengan ilmiah dan mengembangkan teknologi ramah lingkungan.
Permintaan pangan organik di pasaran dunia cenderung naik. Prospek pasar yang sangat besar ini membuka peluang bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk memproduksi pangan organik. Selain itu banyak produk-produk pertanian organik yang tidak dapat diproduksi di negara eropa dan hanya diproduksi di negara-negara tropis, misalnya : kopi, teh, kakao, rempah-rempah, buah-buahan tropis, dan sayuran tropis
ANCAMAN (THREATS)
Keberlanjutan pertanian organik akan dipengaruhi oleh kemampuan pelaku dalam mengatasi berbagai ancaman yang dihadapi. Beberapa acaman dalam pengembangan pertanian organik di antaranya.
1.      Penurunan produksi tanaman .
2.      Munculnya konflik dalam masyarakat desa dengan tetangga akibat adanya aliran lateral air tanah yang terpolusi oleh pupuk dan pestisida.
3.      Menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi/kualitas produksi pertanian.
4.      Munculnya peraturan-peraturan dalam kebijakan pemerintah yang mencoba aktivitas pertanian.
Ancaman lainnya adalah walaupun usaha penelitian di bidang tanaman dan kesuburan tanah telah banyak dilakukan, difokuskan terutama kepada usaha mengatasi masalah penurunan produksi tanaman, yaitu melalui perbaikan penyediaan hara bagi tanaman tanpa memperhatikan usaha penanganan hara yang berlebihan, di lain pihak tidak semua pupuk yang diberikan dimanfaatkan oleh tanaman, di antaranya terjerap oleh unsur lainnya seperti Al dan Fe, pencucuan (leacing) dan aliran permukaan (run).
Secara global, acaman terhadap keberlanjutan sistem pertanian adalah yang berhubungan dengan masalah keseimbangan hara (access problems). Penelitian daerah tropis umumnya lebih dititikberatkan pada rekomendasi pemupukan, distribusi pupuk dan tingkat toleransi tanaman terhadap kondisi tercekam. Masih jarang sekali penelitian yang ditunjukan untuk membantu petani dalam mengambil keputusan di lapangan yang kondisinya sangat heterogen.
Pertanian organik pada dasarnya merupakan koreksi atas pertanian anorganik yang selama bertahun-tahun dilaksanakan oleh petani. Ancaman terhadap pertanian organik di masa yang akan datang  dapat ditinjau dari aspek :
1.      Pembentukan pasar bagi produk-produk pertanian sehat. Pada kenyataannya produk bebas resedu kimia lebih mahal dari pada produk lainnya. Hal ini menuntut usaha kongkrit untuk mengatasinya antara lain dengan menggalakan promosi yang intensif bagi produk pertanian sehat.
2.      Pertanian organik tidak selalu dapat terjangkau oleh petani kecil. Semakin besar kesadaran masyarakat dalam mengurangi penggunaan bahan kimia di lahannya, maka akan semakin banyak perusahaan besar berlomba-lomba membuat produk-produk baru (pestisida dan pemupukan) yang lebih ramah lingkungan lengkap dengan hak paten, sehingga harganya akan lebih mahal, menyebabkan petani akan kesulitan membelinya. Kondisi ini akan menyulitkan bagi petani untuk membelinya, sehingga petani akan kembali menggunakan bahan kimia dan harga produknya menjadi lebih rendah. Kondisi petani tersebut semakin terpuruk dengan adanya ketidakmenentuan harga pasar. Pada skala makro pertanian organik yang dikelola oleh perusahaan besar merupakan ancaman bagi pertanian organik yang dikelola petani kecil di negara berkembang seperti Indonesia.
3.      Belum menentunya standar internasional tentang kriteria pertanian organik . Pengelola pada sistem ini telah menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, namun jika ditinjau dari prinsip biodiversitas, sistem ini belum bisa sepenuhnya diterima sebagai pertanian organik. Kriteria pertanian organik masih perlu terus disempurnakan.
Petani umumnya akan meninggalkan pertanian organik jika :
a.       Ada keterbatasan tenaga kerja,
b.      Telah diperkenalkannya teknologi modern yang canggih dengan masukan tinggi dan tersedianya kredit,
c.       Adanya masalah ketidakjelasan dalam penguasaan tanah yang membuat petani enggan melakukan sistem pertanian yang permanen,
d.      Ketidak jelasan prosedur pemasarannya. seorang petani menanam padi organik pada sawahnya, tetapi pada lainnya tidak melaksanakan. Residu kimia dari sawah tetangga masuk ke sawahnya, sehingga produknya ditolak oleh pasar dan dinyatakan bukan produk organik

DAFTAR PUSTAKA

Apriantono, Anton. 2007 Pidato menteri pertanian Republik Indonesi Pada Workshop dan Kongres II Maporina Menghantarkan Indonesia Menjadi Produsen Organik Terkemuka, Jakarta.
BP2HP Deptan, 2000. Leaflet. Go Organik 2010.
Goenadi, Didiek Hadjar dan Isroi 2003. Aplikasi Bioteknologi Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Agribisnis Yang Berkelanjutan
Hairiah, K., 2002. Pertanian Organik Suatu Harapan atau Tantangan. Jurusan tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

Husnain dan Haris Syahbuddin Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia? Peluang dan Tantangan  ISSN : 0917-8376  Edisi Vol.4/XVII/ Agustus 2005

Mugnisjah, W, Q., 2001. Ekolfisiologi Tanaman Tropika. Program Pasca Sarjana,Institut Pertanian Bogor.
Sutanto,R.,2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius Yogyakarta.

 

0 komentar

Posting Komentar