Selasa, 01 Oktober 2019

Padi Sistem IP400



Info Pertanian Online - Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersediaan pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Beras sebagai pangan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia dituntut tersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas, serta terjangkau. Kebutuhan beras nasional meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk sedangkan lahan yang tersedia semakin berkurang akibat alih fungsi lahan subur untuk kepentingan industri, perumahan dan penggunaan lahan non pertanian lainnya. Kebutuhan beras nasional pada tahun 2007 mencapai 30,91 juta ton dengan asumsi konsumsi per kapita rata-rata 139 kg per tahun. Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,7 persen per tahun dan luas areal panen 11,8 juta hektar dihadapkan pada ancaman rawan pangan pada tahun 2030.

Berbagai upaya peningkatan produksi dan produktivitas telah dilakukan pada tahun 2007 maupun tahun tahun sebelumnya, namun hal ini belumlah cukup, perlu terobosan di tahun 2009. Salah satu upaya yang mungkin dapat dilakukan adalah mengembangkan Indeks Pertanaman Padi 400 (IP Padi 400) yang merupakan pilihan menjanjikan guna meningkatkan produksi padi nasional tanpa memerlukan tambahan fasilitas irigasi.

Tekanan sistem produksi padi semakin lama semakin berat dan komplek sehingga memerlukan terobosan spektakuler non konvensional untuk mempertahankan kapasitas sistem produksi padi nasional sampai dengan tahun 2020. Konsep IP Padi 400 ditujukan untuk optimalisasi ruang dan waktu, sehingga indeks pertanaman dapat dimaksimalkan. Pendekatan yang dilakukan dalam IP 400 adalah dengan mengintegrasikan dan mensinergikan antara bioteknologi dan hibridisasi konvensional yang didukung oleh sistem perbenihan yang handal. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan benih padi ultra genjah (< 90 hari) sebagai instrumen utama yang didukung efisiensi waktu tanam dan panen. Saat ini telah tersedia padi umur sangat genjah (90-104 hari) seperti varietas Dodokan, Silugonggo dan Inpari 1. Selama untuk lahan beririgasi teknis selama setahun, dengan kondisi air yang memungkinkan, indeks pertanaman mencapai IP 300 (tiga kali tanam). Dengan umur varietas yang saat ini digunakan mencapai 110 hari, maka total hari selama setahun untuk tiga kali musim tanam mencapai 330 hari, ada waktu 30 hari untuk istirahat.

Namun penerapan IP 400 masih mengalami banyak kesulitan dan hambatan karena selama ini untuk mencapai IP 300 (tiga kali tanam padi) dalam setahun, masih ada yang belum optimal baik akibat keterlambatan sarana produksi maupun akibat iklim yang tidak mendukung.

Pola tanam IP 400 merupakan suatu pola tanam padi yang dilakukan sebanyak empat kali tanam dalam setahun. Benih padi yang digunakan yaitu Varitas Hybrida yang sudah diuji daya kecambah kurang lebih 90 porsen daya tumbuh antara lain varitas mekongga, sintha, cigleyies. Varitas ini adalah hasil uji coba dengan produksi mencapai kurang lebih 6 ton perhektar gabah kering giling.

Tekanan sistem produksi padi semakin lama semakin berat dan komplek sehingga memerlukan terobosan spektakuler non konvensional untuk mempertahankan kapasitas sistem produksi padi nasional sampai dengan tahun 2020. Konsep IP Padi 400 ditujukan untuk optimalisasi ruang dan waktu, sehingga indeks pertanaman dapat dimaksimalkan. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan dan mensinergikan antara bioteknologi dan hibridisasi konvensional yang didukung oleh sistem perbenihan yang handal. 

Untuk mencapai hal tersebut diperlukan benih padi ultra genjah (< 90 hari) sebagai instrumen utama yang didukung efisiensi waktu tanam dan panen. Saat ini telah tersedia padi umur sangat genjah (90-104 hari) seperti varietas Dodokan, Silugonggo dan Inpari 1. Untuk menghasilkan produksi yang optimal, maka faktor-faktor yang menghambat produktifitas harus dipahami dan diupayakan solusinya secara baik dan benar. Berdasarkan pengalaman maka tantangan pada Pola Tanam IP - 400 di pertanaman padi khususnya pada lokasi lahan praktek yang perlu dipertimbangkan adalah benih unggul yang sudah diujicoba daya kecambahnya oleh para widyaiswara dan tim Teknis Balai bekerjasama dengan Balai Benih Padi Maros, dan pengendalian hama dan penyakit serta gulma

Terdapat dua strategi yang perlu diterapkan pada IP Padi 400 adalah pertama rekayasa sosial. dan rekayasa teknologi. Rekayasa sosial perlu ditangani lebih awal, mengantisipasi perilaku para petani  yang belum terbiasa melaksanakan IP Padi 400. Perlu berbagai upaya rekayasa sosial yaitu (a) advokasi (b) pengorganisasian komunitas petani (c) pengembangan jaringan untuk menjalin kerjasama (d) pengembangan kapasitas dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dan (e) pengembangkan KIE (komunikasi, informasi dan edukasi). Strategi kedua, yaitu Rekayasa Teknologi dengan menggunakan varietas unggul yang berumur sangat genjah (90-104 hari), berproduksi tinggi, teknologi hemat air, tanam benih langsung, persemaian culikan, serta pengembangan sistem monitoring dini.

Program IP Padi 400 dicapai melalui empat tahap yaitu : (1) Tahap Rancang Bangun dan Penelitian (2008-2014) yang bertumpu pada perakitan padi umur ultra genjah (varietas padi umur kurang dari 90 hari); (2) Tahap Uji Lapang dan Sosialisasi (2009-2010); (3) Tahap Pengembangan (2011- dst) yang akan diterapkan pada lahan sawah seluas 1,5 juta ha; dan (4) Tahap Evaluasi dan Pemantapan (2010-dst). Saat ini IP Padi 400 telah memasuki tahap uji coba yang dilaksanakan mulai Musim Hujan II 2009 (Januari/Februari 2009) sebagai musim tanam II (MT II)  yang dilaksanakn di beberapa Kebun Percobaan yang berlokasi di Pusakanegara (Sukamandi                                                
Munculnya ide untuk meningkatkan IP Padi menjadi 400 ini bermula dari keinginan untuk memanfaatkan ruang dan waktu yang ada. Selama untuk lahan beririgasi teknis selama setahun, dengan kondisi air yang memungkinkan, indeks pertanaman mencapai IP 300 (tiga kali tanam). Dengan umur varietas yang saat ini digunakan mencapai 110 hari, maka total hari selama setahun untuk tiga kali musim tanam mencapai 330 hari, ada waktu 30 hari untuk istirahat. Adapun cara untuk mencapai ip 400, yaitu dengan cara menggunakan varietas ultra genjah yang berumur kurang dari 85 hari per musim tanam. Varietas ultra genjah inilah yang bakal mengawal pelaksanaan IP Padi 400.                                                        

Pola tanam IP 400 merupakan suatu pola tanam padi yang dilakukan sebanyak empat kali tanam dalam setahun. Benih padi yang digunakan yaitu Varitas Hybrida yang sudah diuji daya kecambah kurang lebih 90 porsen daya tumbuh antara lain varitas mekongga, sintha, cigleyies. Varitas ini adalah hasil uji coba dengan produksi mencapai kurang lebih 6 ton perhektar gabah kering giling. Kajian ini hasil ubinan di Balai pada tahun 2008 dengan sendirinya layak untuk dikaji para widyaiswara, para penyuluh pertanian bahkan kepada ketua kelompok tani sehingga dapat diimplementasikan kepada petani lain di sekitar wilayah lahan kerja Balai.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Padi IP 400 (On Line). http://www.warintek.progressio.or.id. Diakses tanggal 8 November 2010. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. Subang.

Badan Litbang Pertanian. 1999. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1999-2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Subandi. 2004. Peran inovasi dalam produksi padi IP 400. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sutoro, Y., Soeleman dan Iskandar. 2006. Budidaya Tanaman Padi IP 400. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

Ar-Riza, I. 2005. Pedoman Teknis Budidaya Padi  Lahan Lebak. Balittra. Puslibang Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.  

http://dodikfaperta.blogspot.com/2012/02/padi-sistem-ip400.html

0 komentar

Posting Komentar