Kamis, 24 Oktober 2019

MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT



Budidaya pengembangan perkebunan Kelapa sawit sangat erat kaitannya dengan daya dukung lahan sebagai media tanam komoditi ini. Besarnya pengaruh kesesuaian lahan untuk mendukung pertumbuhan tanaman akan berpengaruh secara langsung terhadap kesuburan tanah yang pada akhirnya berdampak pada produkvitas hasil. Dengan luas Kabupaten Kubu raya sekitar ± 6.985,25 km2, potensi sumber daya lahan yang ada sangat mendukung untuk dikembangkannya komoditi sejenis. Dengan letak geografis yang dekat dengan pusat perdagangan, serta karakteristik perekonomian yang bersifat agraris-industri, sangat potensial untuk dikembangkan perkebunan kelapa sawit. Namun, berlawanan dengan potensi tersebut, kondisi fisiografis Kabupaten Kubu Raya sebagian besar berada pada lahan gambut, menjadi tantangan bagi pengembangan kelapa sawit secara optimum (Ari, 2011).
Adanya perkebunan kelapa sawit memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar perkebunan baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu seperti budidaya kelapa sawit, kesempatan bekerja, akses lingkungan dan sebagainya. Budidaya kelapa sawit yang dilaksanakan oleh penduduk sekitar perkebunan sama dengan yang dilakukan pihak perkebunan, tetapi hasil yang diperoleh tidak sama karena masyarakat sekitar perkebunan menggunakan bibit yang tidak jelas asal usul varietasnya karena hanya membeli dari pedagang pembibitan yang ada disekitar perkebunan, sedangkan perkebunan mendapatkan bibit dari balai penelitian perkebunan yang sangat jelas varietasnya dan juga menggunakan teknologi modern serta berorientasi pasar sehingga benar-benar memikirkan keuntungan, masyarakat sekitar perkebunan baru berorientasi sub sistem sehingga belum memikirkan keuntungan yang besar, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup saja. Perkebunan memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat sekitar perkebunan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kesempatan secara langsung yaitu dengan menerima mereka bekerja di perkebunan dengan syarat-syarat tertentu seperti tingkat pendidikan, ketrampilan dan pengalaman. Sedangkan kesempatan tidak langsung adalah dengan banyak munculnya pedagang dan warung-warung yang memenuhi kebutuhan para masyarakat perkebunan, masyarakat perkebunan juga banyak membutuhkan pelayanan jasa seperti tukang kayu, tukang batu, tukang jahit, servis motor, tukang cuci, pembersih rumah dan lain-lain (Retni, 2008).
Dengan meningkatnya jumlah pabrik kelapa sawit (PKS), Indonesia telah berubah menjadi negara yang paling besar dalam produksi CPO. Itu berarti volume eksport minyak mentah kelapa sawit juga semakin besar dan jelas akan memberikan keuntungan yang sangat berarti, yaitu menambah devisa negara. Bahkan saat ini CPO telah menjadi primadona dalam komoditi eksport negara Indonesia. Namun dibalik kesuksesan tersebut, suatu konsekuensi lain adalah timbulnya permasalahan limbah PKS. Hampir semua pabrik kelapa sawit, bahkan yang sudah mengeksport minyak mentah kelapa sawit mempunyai kelemahan dalam hal penanganan limbahnya, baik terhadap limbah padat ataupun limbah cair. Effluent (hasil akhir yang dibuang ke alam) dari instalasi pengolahan limbah cair dari pabrikpabrik CPO yang ada di Indonesia umumnya masih belum memenuhi kriteria sesuai standar peraturan yang berlaku, misalnya kadar BOD masih di atas 100 ppm. Dengan demikian bila telah diberlakukan secara konsisten tentang standar internasional yang mensyaratkan harus adanya ecolabelling, maka pabrik-pabrik CPO tersebut tidak dapat menjual atau mengekspor CPO-nya ke luar negeri. Karena itu sangat dibutuhkan penyempurnaan sistem pengolahan limbah cair untuk meningkatkan kualitas air buangan akhir yang tidak mencemarkan lingkungan sekitar pabrik CPO (Pertus, 2009).
Pemangkasan daun pada kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah daun yang optimal dalam satu pohon serta memudahkan pamanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur/tingkat pertumbuhan tanaman. Macam-macam pemangkasan:
1.        Pemangkasan pasir, yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buahbuah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
2.        Pemangkasan produksi, yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain), juga buah buah yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan pasir.
3.        Pemangkasan pemeliharaan, adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap saat pada pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai. Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin, agar tidak mengganggu kegiatan panen (Kiswanto, 2008).
Pembibitan kelapa sawit merupakan tahap awal yang paling menentukan pertumbuhan kelapa sawit setelah dipindahkan ke lapangan. Oleh karena itu, penggunaan bibit unggul merupakan modal utama untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Selain dengan menggunakan bibit yang baik secara genetik, untuk mendapatkan bibit unggul bermutu diperlukan beberapa upaya lain yang menyangkut aspek teknis dan lingkungan di pembibitan. Terkait dengan hal tersebut, kondisi lingkungan yang sesuai, kultur teknik serta kesuburan media tanam merupakan aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dan direncanakan dengan baik. Salah satu usaha rekayasa kesuburan media tanam adalah dengan menggunakan media alternatif yang mampu memperbaiki sifat-sifat fisika dan kimia tanah (Hanibal, 2007).
Salah satu permasaslahn pada perkebunan rakyat saat ini adalah penggunaan benih palsu. Diperkirakan sekitar 0,4 juta Ha areal pertanaman kelapa sawit di Indonesia terutama tanaman sawit rakyat berasal dari benih palsu. Benih palsu menyebabkan turunnya produksi CPO (Crude Palm Oil). CPO indonesia diperkirakan akan merosot sekitar 15% pada 2010 akibat semakin maraknya penggunaan benih palsu. Padahal di lain pihak pemerintah menetapkan sasaran produksi sawit sebesar 16,7 juta ton pada 2009 dengan laju penambahan 6,25%. Produktivitas tanaman yang berasal dari benih palsu ini hanya 1,5-2 ton per hektar. Di Pprovinsi Jambi saat ini diperkirakan beredar lebih dari 5 juta bibit yang berasal dari benih palsu. Penangkaran benih palsu ini dilakukan diratusan lokasi kota jambi dan 8 kabupaten diprovinsi Jambi. Kerugian petani akibat peredaran bibit palsu ini diperkirakan mencapai 658 milyar (Hamzah, 2008).
Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari faktor efesiensi dalam sistem pengelolaannya. Peningkatan efesiensi dapat didekati dengan menekan biaya persatuan output serendah mungkin. Salah satu alternatif tindakan efisiensi yang dapat dilakukan adalah dengan mening-katkan efisiensi pemupukan, karena pemupukan adalah salah satu komponen biaya yang besar, baik pada tanaman belum menghasilkan (TBM) maupun tanaman menghasilkan (TM), termasuk di pembibitan. Salah satu jenis pupuk yang banyak digunakan pada tanaman kelapa sawit termasuk pada pembibitan tanaman adalah pupuk nitrogen. Untuk itu, perlu diketahui pada dosis berapa yang merupakan kebutuhan tanaman yang sesuai dengan pertumbuhan bibit tanaman kelapa sawit yang baik (Darmawan, 2005).
Kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan tanaman kelapa sawit, termasuk pada pertanaman yang belum menghasilkan. Keterbatasan seperti ini akan menjadi faktor pembatas terhadap jumlah ketersediaan hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman, misalnya nitrogen. Keterbatasan pemnafaatan unsur hara oleh tanaman dapat menyebabkan sistem pemupukan yang dilakukan menjadi tidak efektif. Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit tidak terlepas dari faktor efesiensi dalam sistem pengelolaannya. Peningkatan efesiensi dapat didekati dengan menekan biaya persatuan output serendah mungkin. Salah satu alternatif tindakan efisiensi penggunaan biaya pemupukan pada pertanaman kelapa sawit adalah dengan mening-katkan efisiensi pemanfaatan pupuk oleh  tanaman. Agar tanaman dapat menyerap pupuk lebih banyak, maka pupuk harus berada dalam larutan tanah dan tersedia bagi tanaman. Karena itu, diperlukan ketersediaan air sebagai pelarut hara sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Darmawan, 2006).
Perhitungan kecukupan air pada tanaman kelapa sawit, karet dan tanaman lainnya untuk tujuan praktis di lapangan dapat dilakukan dengan pendekatan neraca air.  Kapasitas simpan air dalam tanah sangat tergantung pada jenis tanah dan jenis tutupannya. Kelebihan air akan disimpan dalam tanah sebagai cadangan awal untuk bulan berikutnya dengan nilai maksimum pada nilai kandungan air tanah (KAT). Perkembangan akar kelapa sawit menyebar kearah vertikal maupun lateral mengikuti perkembangan umur tanaman. Penyebaran akar umumnya berkisar sampai kedalaman 1 - 2 m sedang pada tanah berpasir dapat mencapai kedalaman 5 m  dan 18 m secara horizontal, namun kedalaman efektif tanah hanya antara 0.7 – 1.1 m. Sementara itu, sesuai dengan sifat dikotilnya, tanaman karet mempunyai akar tunggang sehingga perakaran jauh lebih vertikal ke dalam dan melebar ke lateral dengan kedalaman efektif antara 1.0 – 1.5 m (Gusti, 2011).

Palm oil and copra are two important estate produces in Indonesia. Palm oil is primarily produced by the large plantations, whereas copra is primarily produced by the small-holders. The two commodities may be exported or used for raw material of the fat and oil industries. This study shows that developing the fat and oil industry is very important for increasing import, income and labor absorption. The industry enables export substitution process, from primary commodities to secondary (processed) commodities. Developing this processing industry reduces dependence on the world market. This study also shows that the oil and fat industry is capital intensive. It as a rather small employment creation but large income generation. Most of the employment and income are generated indirectly through its linkage with other industries, especially backward linkage (Reni, 2007).

Bagian tanaman kelapa sawit meliputi:
a.        Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakar akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Kedalaman perakaran tanaman kelapa sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara horizontal. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
b. Daun
Tahap perkembangan daun : Lanceolate Daun awal yang keluar pada masa pembibitan berupah helaian daun yang utuh.  Bifurcate Bentuk daun dan helaian daun sudah pecah tetapi bagian ujung belum terbuka. Pinnate Bentuk daun dengan helaian daun yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun keatas dan kebawah. 1. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun ( umumnya disebut pelepah ) pertahun pada tanaman tua antara 28 – 24 pelepah per tahun.  2. Panjang pelepah tanaman dewasa 9 m, anak daun 125 – 200 pasang dengan panjang 1 – 1,2 m dengan lebar tengah + 6 cm.  3. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada tanaman dewasa adalah 40 – 56 pelepah selebihnya dibuang saat panen. 4. Kedudukan daun pada batang 3/8 artinya pada setiap tiga putaran terdapat 8 daun.   5. Spiral kiri atau spiral kanan.  6. Arah putaran dilihat dari arah atas kebawah, dan arah putaran ini tidak ada pengaruhnya terhadap produksi
c. Bunga
Tanaman kelapa sawit yang berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga betina agak bulat. Tanaman kelapa sawit mengadakan penyrbukan silang (cross pollination). Artinya, bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon yang lainnya dengan perantaraan angin dan atau serangga penyerbuk. Dari setiap ketiak pelepah akan keluar tandan bunga jantan atau betina  Bunga mulai berbunga pada umur ± 14 – 18 bulan, Pada mulanya yang keluar adalah bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina. Terkadang akan muncul bunga banci yaitu : bunga jantan dan betina ada pada satu rangkaian. Sex ratio yaitu : perbandingan bunga betina dengan keseluruhan bunga (bunga jantan dan bunga betina). Bunga jantan Bunga betina Terdiri dari 100-250 spikelet Terdiri dari 100-200 spikelet, 1 tandan mekar dengan bau Tiap spikelet 15-20 bunga, yang wangi selama 2-4 hari.
d. Batang
Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan. Di batang tanaman kelapa sawit terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang akan terkelupas, sehingga batang kelapa sawit tampak berwarna hitam beruas.
f. Biji
Setiap jenis kelapa sawit memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Biji dura afrika panjangnya 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode  dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.
e. Buah
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap), daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak, serta lembaga (embryo). mampu melakukan fotosintesis dan menyerap makanan dari dalam tanah. Buah yang sangat muda berwarna hijau pucat. Semakin tua warnanya berubah menjadi hijau kehitaman, kemudian menjadi kuning muda, dan setelah matang menjadi merah kuning (oranye). Jika sudah berwarna oranye, buah mulai rontok dan berjatuhan (buah leles).
Kelapa sawit dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan tebal tipisnya cangkang dan daging buah tanaman kelapa sawit, yaitu sebagai berikut:
1.        Dura
Ciri-cirinya: tebal cangkangnya 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang, daging buah relatif tipis, daging biji besar dengan kandungan minyak rendah, banyak digunakan sebagai induk betina dalam program pemuliaan.
2.        Pisifera
Ciri-cirinya: tebal cangkangnya sangat tipis (bahkan hampir tidak ada), daging buah lebih tebal dari pada daging buah jenis Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain, dengan persilangan diperoleh jenis Tenera. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan untuk tanaman komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan.
3.        Tenera
Ciri-cirinya: tebal cangkangnya tipis 0,5-4 mm, terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung, daging buah sangat tebal, tandan buah lebih banyak (tetapi ukurannya lebih kecil), merupakan hasil persilangan Dura dengan Pisifera. Jenis ini merupakan yang paling banyak ditanam dalam perkebunan dengan skala besar. Umumnya menghasilkan lebih banyak tandan buah.
Gulma merupakan salah satu faktor pembatas dalam produksi perkebunan kelapa sawit hal ini dikarenakan gulma merupakan salah satu pesaing tanaman kelapa sawit dalam memperoleh ketersediaan unsur hara yang terdapat pada tanah. Herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma yang telah dilaksanakan di Poltek Jember yaitu menggunakan Gramoxone yang bersifat kontak. Dosis yang umumnya digunakan adalah 1 Lt/ 250 Lt dengan konsentrasi herbisidanya adalah 4 ml/ L. Pembersihan piringan pokok dilakukan secara kimiawi, dapat dilakukan mulai TBM 3 dengan rotasi 2 bulan. Pemeliharaan piringan pokok dilakukan dengan menyingkirkan semua jenis tumbuhan dari permukaan tanah seluas piringan pohon yang ditentuakan sehingga daerah piringan bersih dari rumput. Syarat penggunaan herbisida ini yaitu tidak boleh mengenai tajuk dari tanaman kelapa sawit. Cara yang paling tepat dalam pengaplikasian herbisida ini yaitu dengan membelakangi tanaman kelapa sawit kemudian melakukan penyiangan disekitar tanaman kelapa sawit dengan berkeliling disekitar tanaman kelapa sawit. Penggunaan herbisida yang salah dapat menyebabkan abnormalitas terhadap tanaman kelapa sawit. Selain itu hal yang harus diperhatikan adalah jenis nozl yang digunakan untuk melakukan penyiangan menggunakan herbisida, usahakan ujung nozlnya yang memiliki ukuran sedang. Tetapi untuk lebih baiknya dalam melakukan penyiangan gulma di areal kelapa sawit yaitu melakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk mengetahui kecepatan jalan dan kecepatan semprot dari alat yang digunakan sehingga herbisida yang digunakan tidak terbuang dengan percuma atau sia-sia. Jenis herbisida yang digunakan untuk semprot piringan tergantung dari umur tanaman kelapa sawit, tanaman yang berumur <12 bulan herbisida yang digunakan adalah jenis kontak untuk tanaman yang berumur >12 bulan herbisida yang digunakan adalah jenis sistematik. Pada penyemprotan di jalan rintis dan gawangan dapat menggunakan herbisida kontak atau sistematik sesuai dengan gulma yang menjadi sasaran (target).
Pengendalian gulma bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Selain itu pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di areal pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara, Gleichenia linearis dan sebagainya. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan di piringan (circle weeding), penyiangan gulma yang tumbuh di antara tanaman LCC, membabat atau membongkar gulma berkayu dan kegiatan buru lalang (wiping).
Manfaat dalam penimbangan sampel buah kelapa sawit yaitu untuk mengetahui jumlah berat dari beberapa buah kelapa sawit sehingga berat tersebut dapat mewakili satu tandon buah kelapa sawit yang telah dipanen. Selai itu penimbangan buah kelapa sawit juga dapat digunakan untuk mengetahui rendemen dari buah kelapa sawit yang telah dipanen dan juga dapat mengetahui jumlah biji kelapa sawit dalam satu tandon. Dalam satu tandan buah kelapa sawit bervariasi menurut umu tanamannya dan ukuran tandannya itu apabila dilihat dari fisiologi tanaman kelapa sawit. Apabila dilihat dari sisi lain curah hujan, kelembapan, intensitas cahaya, angin dapat berpengaruh terhadap jumlah buah yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit. Pada umumnya 1 tandan besar kira-kira tersusun dari 1.600 biji/buah. Brntuk dan ukuran buah tergantung pada posisi buah tersebut di dalam tandan ukuran panjang antara 3-5 cm, dengan berat 20-30 gram.
Jarak tanam merupakan salah satu aspek terpenting dalam budidaya tanaman, hal ini berkaitan dengan jumlah optimalisasi penggunaan areal dan jumlah produksi yang dihasilkan oleh tanaman. Pada umumnya jarak tanam yang digunakan dalam budidaya tanaman kelapa sawit adalah 9,2 X 9,2 X 9,2 cm dan membentuk bujur sangkar. Tujuan dari jarak tanam 9,2 X 9,2 X 9,2 cm dan membentuk bujur sangkar yaitu agar areal penanaman tersebut dapat digunakan secara maksimal dan meningkatkan jumlah produksi dari tanaman kelapa sawit, jarak tanam tersebut juga dapat menghambat tumbuhnya gulma yang terdapat pada areal penanaman kelapa sawit hal ini dikarenakan tidak ada cahaya yang masuk kedalam areal sekitar tanaman kelapa sawit akibat tertutupnya areal tersebut oleh kanopi daun kelapa sawit. Untung menghitung berapa besar areal yang tertutupi oleh daun kelapa sawit yaitu dapat menggunakan cara penghitungan ILD. Selain keterangan yang terpapar di atas jarak tanam tersebut memudahkan dalam tanaman melakukan penyerbukan secara alami, memudahkan dalam hal perawatan dan memudahkan dalam melakukan pemanenan biji kelapa sawit.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Kelapa sawit memiliki harga jual dan manfaat yang tinggi dikarenakan komoditi kelapa sawit hasil pasca panennya dapat dimanfaatkan sebagai minyak goreng, sebagai bahan bakar BIO, penghasil minyak nabati dan limbahnya yang berupa ampas dapat digunakan sebagai pupuk dan bahan makan ternak. Di Indonesia kelapa sawit memainkan peranan penting dalam perekonomian dan merupakan salah satu komoditas non-migas andalan dalam menghasilkan devisa. Disamping memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa negara, perannya cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Adanya perkebunan kelapa sawit memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar perkebunan baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu seperti budidaya kelapa sawit, kesempatan bekerja, akses lingkungan dan sebagainya. Dengan meningkatnya jumlah pabrik kelapa sawit (PKS), Indonesia telah berubah menjadi negara yang paling besar dalam produksi CPO. Itu berarti volume eksport minyak mentah kelapa sawit juga semakin besar dan jelas akan memberikan keuntungan yang sangat berarti, yaitu menambah devisa negara. Bahkan saat ini CPO telah menjadi primadona dalam komoditi eksport negara Indonesia.
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan 1.500-4.000 mm, temperatur optimal 24-28oC. Ketinggian tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut). Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90% dan kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah 5,0- 5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase (beririgasi) baik dan memiliki lapisan solum cukup dalam (80 cm) tanpa lapisan padas. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.
a. Hama                                                   
Hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit biasanya terbagi menjadi hama perusak akar, hama perusak daun, hama perusak tandan buah.
1. Hama Perusak Akar.
Hama yang sering merusak akar kelapa sawit adalah nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus. Gangguan nematoda ini dijuluki red ring disease. Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit. Gejala – gejala umum dari kelapa sawit yang terserang adalah pusat mahkota mengerdil dan daun – daun baru yang akan membuka menjadi tergulung dan tumbuh tegak. Daun berubah warna menjadi kuning kemudian mengering. Tandan bunga membusuk dan tidak membuka sehingga tidak menghasilkan buah.
2. Hama Perusak Daun
Ada beberapa jenis hama yang merusak daun tanaman kelapa sawit, di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Kumbang Tanduk (Oryctes rhynoceros)
Kumbang tanduk banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman muda yang baru ditanam hingga berumur 2-3 tahun. Kumbang dewasa (imago) masuk kedaerah titik tumbuh ( pupus ) dengan membuat lubang pada pangkal pelepah daun muda yang masih lunak. Pengendalian hama kumbang tanduk lebih diutamakan pada upaya pencegahan (preventif), yaitu menghambat perkembangan larva dengan mengurangi kemungkinan kumbang bertelur pada medium yang tersedia, yakni dengan cara sebagai berikut :
membakar sampah – sampah dan bagian pohon yang mati, agar larva hama terbakar dan mati
mempercepat tertutupnya tanah dengan tanaman penutup tanah dengan tanaman penutup tanah agar dapat menutup bagian – bagian batang hasil tebangan pada saat pembukan lahan yang membusuk di lokasi kebun
Pemberian bahan pengusir, misalnya kapur barus yang diletakkan pada batang kelapa sawit yang mulai membusuk (pada pembukaan ulangan)
b. Ulat Setora (Setora nitens)
Ulat setora muda memakan anak – anak daun dari tanaman muda dan tanaman sudah menghasilkan yang berumur antara 2-8 tahun. Hama ini kadang – kadang memakan daun kelapa sawit hingga ke lidinya. Pengendalian Hama ulat setora dapat dilakukan secara hayati dan secara kimia. Pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami seperti parasit telur yaitu lebah Trichogrammatidae I dan lebah Ichneumonidae, serta perusak kokoh yaitu lalat Tachinidae
c. Ulat Siput (Darna trima Mooore)
Ulat Darna trima menyerang daun kelapa sawit, terutama pada tanaman muda, meskipun sering pula menyerang daun pada tanaman dewasa. Serangan yang hebat dapat menimbulkan kerusakan berat dan dapat dijumpai jumlah ulat yang tinggi pada setiap pelepah kelapa sawit. Pengendalian ulat Darma trima dapat dilaksanakan secara kimia dan hayati. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menyemprot tanaman yang terserang dengan insektisida. Pengendalian secara hayati dapat menggunakan musuh alami seperti parasit ulat yaitu lebah Broconidae, meskipun hasilnya tidak seefektif cara kimia.
d. Serangga Asinga (Sethothosea Asigna)
Ulat dari hama ini menyerang daun kelapa sawit terutama daun yang menyerang dalam keadaan aktif, yaitu daun nomor 9 – 25. Hama ini merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman kelapa sawit di sentra perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara. Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara kimia dan secara hayati. Pengendalian secara kimia dapat menggunakan insektisida, pengendalian secara hayati dapat dilakukan dengan memanf`atkan musuh alami.
b. Penyakit
a. Penyakit Tajuk (Crown disease)
Biasanya menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 2-3 tahun. Bagian yang diserang adalah pucuk yang belum membuka. Penyakit ini tidak bisa diberantas, tetapi hanya bisa dilakukan pembuangan bagian yang terserang untuk memperbaiki bentuk tajuk dan mencegah infeksi dari jamur Fusarium sp.
b. Basal Steam Rot
Penyebabnya adalah Ganoderma sp. Gejala pada tingkat serangan pertama secara visual sukar diamati. Pada tingkat yang lebih lanjut, cabang daun bagian atas terkulai, selanjutnya pohon akan mati. Pemberantasan yang efektif sampai sekarang belum ada.
c. Marasmius
Penyakit marasmius dapat menggagalkan atau merusak pembentukan buah. Pemberantasan dilakukan dengan membersihkan pohon.

0 komentar

Posting Komentar